Minggu, 05 Juli 2009

Mengunjungi Dunia Buku Lalu Menceritakannya


Writer’s circle
, hari Sabtu tanggal 28 Juni 2009, mengangkat pembahasan mengenai menulis non-fiksi. Tema yang diangkat adalah “Toko Buku Favorit”. Anggota writer’s circle yang datang diajak untuk mengekspresikan dan mengungkapkan pendapat mereka tentang suatu toko buku dalam sebuah tulisan.

Setiap orang menuliskannya dalam waktu 15 menit. Poin-poin yang dianjurkan dimasukkan dalam tulisan yaitu:
- Tempat & suasana toko buku;
- Para pengunjung yang datang;
- Isi dari toko buku & harganya;
- Saat-saat dimana kita akan lebih enjoy mengunjungi toko buku tersebut.

Hasilnya cukup menyenangkan, tiap anggota menulis dengan pola yang berbeda, ada yang resmi dan formal, seperti artikel, santai dan akrab seperti blog, bahkan sangat pribadi seperti sebuah diary. Setiap tulisan unik dan memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri yang tetap mencirikan pribadi sang penulis, suatu hal yang harus dipunyai seorang penulis baik fiksi maupun non-fiksi.

Wahyu menulis tentang toko buku Togamas:

Toko buku Togamas terletak di Jalan Supratman Bandung ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan toko-toko buku lainnya, diantaranya adalah: parkir gratis, tempat penitipan barang, diskon harga buku dan untuk buku-buku lama diskonnya bisa sampai 40%-50%.

Untuk diskon terutama, hampir semua buku yang dijual di sini berdiskon! Untuk pembayaran bisa memakai debit BCA, atau Flash. Bagi yang ingin bersantai dan melepas lelah, disediakan tempat duduk dan meja di depan pintu masuk. Tempat yang terbilang cukup kecil ini menjadi daya tariknya sendiri. Tempat parkir mobil pun ada, tetapi hanya bisa muat sampai 12 mobil, sedangkan untuk motor kurang lebih 25 sampai 30 motor.

Satu tambahan lagi buat Togamas, buku yang dibeli bisa langsung disampul plastik dan gratis. Kelemahannya stok bukunya perlu ditambah lagi atau dikhususkan saja. Buku-buku sekolah dan peralatan sekolah lantai 2, yang artinya harus dibangun ke atas, lantai satu untuk buku-buku sastra dan populer. Kunjungi saja bila penasaran: Jl. Supratman 45, Telp./Fax. (022) 7206443, dan websitenya: www.togamas.co.id.

Andika menulis tentang Zoe Corner:

Zoe Corner adalah suatu sudut di Jalan Pagergunung yang menyewakan buku, majalah, serta DVD dengan harga yang terjangkau. Begitu melangkahkan kaki ke sana pengunjung akan menemukan deretan meja dan kursi bergaya modern yang kerapkali riuh ditempati anak-anak muda. Ada yang membaca di tempat, memanfaatkan fasilitas wi-fi, atau malah hanya duduk-duduk sambil menyantap aneka macam makanan yang bisa dibeli di kafetaria.

DVD film yang tersedia kebanyakan adalah DVD-DVD yang juga bisa ditemukan di Pasar Kota Kembang. Memang kualitasnya terkadang diragukan, tetapi soal variasi jelas tidak perlu dipertanyakan. Film favorit saya di Zoe Corner adalah film suspense Perancis yang berjudul Tell No One, serta film tentang kehidupan gay di Tel Aviv, The Bubble.

Koleksi buku dan komik di tempat ini sebetulnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dijual di toko buku Gramedia. Nilai tambahnya ada pada koleksi komik-komik lamanya, mulai dari Lucky Luke, Asterix, sampai komik silat Bastian Tito.

Bisa dibilang Zoe Corner adalah tempat paling pas untuk didatangi ketika sendirian, bangkrut, dan sedang tidak banyak maunya. Kalaupun ada yang sedikit mengganggu paling adalah pegawai yang tidak terlalu menguasai koleksi Zoe, dan suara musik Top 40 yang diputar cukup keras seakan ingin membuat tempat ini semeriah lokasi syuting 'Dahsyat'.

Sedangkan Dani, penulis yang punya hobi memanah ini, menulis tentang perpustakaan di ITB:

Lokasi perpustakaan pusat ITB (Institut Teknologi Bandung) tidak dapat sepenuhnya disebut "strategis." Dengan lokasinya di dekat gerbang belakang (Tamansari) yang tidak seberapa dikenal umum dan tampilan luarnya yang mirip kamar mandi terbalik (karena keramik ungu yang menghiasi dinding luarnya sangat mirip dengan tegel kamar mandi), perpustakaan ini bahkan awalnya tampak tidak meyakinkan. Walaupun begitu, pepatah lama tentang "jangan menilai seuatu dari wajahnya" benar-benar menjelaskan keadaan perpustakaan ini karena seorang penjelajah perpustakaan yang ngotot dan teliti biasanya dapat menemukan beberapa buku yang tergolong cukup langka, unik, dan berguna di dalamnya.

Pelayanan resmi perpustakaan ITB sebenarnya biasa-biasa saja. Lantai dasar perpustakaan menyediakan jasa penitipan tas/barang berharga, peminjaman, dan fotokopi buku. Sebuah tangga di sisi selatan memberikan jalan ke lantai bawah tanah yang berisi ruang baca, toilet, dan mushola, serta paruh selatan lantai dua yang diisi oleh koleksi hibah dari British Council. Koleksi British Council ini menyediakan berbagai macam buku yang berkaitan dengan Eropa dan Inggris, mulai dari selebaran beasiswa ke Inggris dan terbitan-terbitan resmi kedutaan hingga buku-buku referensi serta fiksi yang sebagian besar ditulis oleh pengaran-pengarang terkenal dari Inggris dan Irlandia. Buku-buku paling unik di bagian ini di antaranya trilogi sains-fiksi Helliconia karya Brian Aldiss dan versi novel dari karya humor The Hitchhiker's Guide to the Galaxy oleh Douglas Adams. Ada juga buku-buku referensi yang cukup menarik seperti Jane's Guide to Land Systems and Vehicles dan direktori agen/penerbit Inggris dari beberapa tahun yang berbeda.

Dua setengah lantai lainnya dalam gedung perpustakaan ITB diatur berdasar suatu denah yang (jujur saja) tidak begitu mudah dimengerti. Lantai kedua--atau paling tidak separuh yang tidak diisi koleksi British Council--adalah tempat aktivitas beberapa unit kegiatan mahasiswa (UKM) dengan fokus ekonomi (terutama SEC yang mengurusi pasar modal) dan juga semacam tempat perhentian sementara bagi koleksi buku-buku referensi dan ensiklopedia yang belum lama ini dipindahkan dari tempat asal mereka di lantai 1 (dasar). Buku-buku dalam kategori ini umumnya besar dab berat, tetapi justru karena itulah mereka begitu menarik; jika Anda sabar mencari, Anda akan dapat menemukan hal-hal seperti panduan perkembangan mode dalam sejarah (fashion history) dan katalog pesawat-pesawat terbang kecil yang dijual (baik baru maupun bekas) pada tahun 1980-an.

Lantai ketiga sebagian besar dipenuhi oleh buku-buku degan topik politik, budaya, dan kemasyarakatan. Salah satu buku di sini yang tergolong sulit ditemukan di tempat lain (karena tampaknya sudah tidak lagi dicetak oleh penerbitnya) adalah sebuah esai tentang strategi politik dan militer Belanda dalam mematahkan pemberontakan Diponegoro.

Karena keterbatasan waktu, Dani tidak sempat meunlis sisa paragraf keempat dan dua paragraf lainnya tentang lantai 4 dan fakta-fakta unik tentang keadaan umum perpustakaan.

Kami, Reading Lights Writer's Circle, mengajak teman-teman yang tertarik atau sedang mencoba atau sadar menulis untuk datang dan ikut bersenang-senang dengan kami.

Regie Chien

2 komentar:

indy mengatakan...

wah sungguh menarik sepertinya.
sy ada teman juga yang suka nulis tapi bukan buku... bisa kunjungi dia di www.stereoflow.blogspot.com

Reading Lights Writer's Circle mengatakan...

Hai, Indy. Boleh lho Indy dan temannya datang ke sini :)