Sudah sekian lama saya tidak datang ke writer's circle akibat aktivitas lain. Diawali dua orang teman writer's circle, Neni dan Ina, yang datang ke rumah dan kerabat saya yang membatalkan janjinya untuk beraktivitas, saya dan Neni pergi bareng ke Reading Lights.
Ketika saya datang, sudah ada Andika duduk di samping kaca. Rupanya ia sedang membaca. Masuk ke toko buku, saya mencari tempat kosong dan memesan hazelchoco di coffee corner. Ade, seorang barista, menanyakan kabar saya karena sudah lama tidak datang. Sementara itu, Ade menawarkan saya memakan buah cermai yang sangat asam pada awalnya juga manis pada akhirnya. Mendapatkan buah kejutan. Seru!
Beberapa menit kemudian hazelchoco datang. Segera saya menyeruputnya. Inilah yang saya rindukan dari Reading Lights: rasa cokelat yang lezat. Saya utarakan kepada Andika bahwa beberapa hari lalu memesan cokelat di tempat buku yang lain dengan rasa yang tidak enak. "Gue yakin itu susu cokelat, bukan cokelat. Gue yakin itu Milo," ujar saya menggebu-gebu. Saya memang suka cokelat dan akan merasa tertipu berat jika saya diberi susu cokelat.
Datanglah Sundea dengan baju warna hitam dan celana army. Ia datang dan langsung duduk-duduk santai sembari menunggu teman lain. Beberapa lama kemudian datanglah Dani. Ini adalah kali pertama saya bertemu Dani. Sebelumnya saya tahu tentang Dani karena ia aktif memberi komentar di wall group Reading Lights Writer's Circle. Setelah ngobrol sebentar, kami pun ke atas.
Ketika saya bertanya kepada Andika tentang tema apa yang akan ditulis sekarang dan Andika menjawab kita akan menulis mimpi, saya sangat excited. Berbekal buku Daripada Bete Nulis Aja!..., dijelaskan bahwa dari mimpi kita bisa mendapat kalimat-kalimat baru, karakter-karakter baru, cerita-cerita baru, dan lainnya. Instruksi kali ini adalah menulis dengan latar belakang mimpi sebagai latar belakang cerita. Ambil objek dan perasaan dari mimpi. Tarik maknanya. Ambil salah satu unsur dan bentuklah cerita baru.
Setelah lima belas menit menulis dan beberapa menit waktu tambahan, Andika membacakan tulisannya. Dituliskan bahwa ada seorang tokoh yang tidak pakai celana dan menjadi bahan tontonan orang-orang. Ia meminta sarung kepada orang lain tapi orang tersebut malah menawarkan mukena. Tokoh menolak diberikan mukena. Ketika ditanya apa arti tulisan atau mimpi itu menurut dia, Andika mengaku bahwa itu adalah bentuk dari perasaan malu atas preferensi seksual sendiri.
Dani membuat tulisan tentang pria yang kehilangan seorang perempuan. Tangan pria itu mencari-cari perempuan di sela-sela tempat tidurnya sampai ia menemukan rambut emasnya - rambut yang pernah ada di sela-sela jarinya beberapa waktu yang lalu. Kami bertanya apakah Dani benar-benar bermimpi seperti itu, Dani menjawab tidak secara keseluruhan. Dani bilang bahwa emosi besar yang ia ingat ketika bermimpi hal itu adalah perasaan kehilangan seorang perempuan.
Saya pribadi suka tulisan Dani. Alurnya terjaga dengan baik, kata-katanya mengalir lembut. Keep up the good work, Dani!
Sundea menulis tentang mimpi itu sendiri. Mimpi ibarat ruang yang dapat diintip melalui jendela-jendela bernama memori. Ia menulis imaji ruang kotak yang kosong dengan rusuk tegas dan berwarna hitam dan putih. Dea bercerita bahwa ia ingat pernah mimpi seperti itu namun ia tidak bisa mengingat secara keseluruhan.
Berbeda dengan yang lain, Neni menulis cerita fiksi. Lengkap dengan plot, tokoh, dan dialog. Ada tiga orang perempuan bernama Diani, Rani, dan Tanti. Diani bercerita bahwa ia mimpi kuntilanak yang tidur sampingnya sambil mengelus rambutnya layaknya seorang ibu yang sedang menidurkan anaknya. Sesungguhnya Diani tidak bermimpi seperti itu, ia hanya berbohong untuk memancing Rani menceritakan mimpinya karena Diani mengirim mimpi pada Rani. Namun, tanpa terduga, Tanti malah berkata, "Kok mimpi kita sama?"
Beberapa menit kemudian writer's circle baru ngeh dengan jalan cerita Neni. Itupun setelah Neni bercerita ulang. Saya bilang, "Baru kali ini gue denger cerita kayak gitu. Bagus, Nen. Berarti itu original!"
Sementara saya menulis cerita berjudul Kereta Manusia. Ketika zaman penjajahan Belanda, dimana industri sedang mengalami kemajuan sebesar-besarnya, Belanda membutuhkan angkutan untuk mengangkut warganya dalam jumlah banyak. Maka dibentuklah sebuah kereta uap dengan manusia Indonesia yang berada di kepala kereta untuk memasukkan batu bara. Manusia-manusia Indonesia dijadikan rel manusia untuk menyangga kereta, kaki dan kepala mereka harus saling bertaut dan lurus jika tidak ingin terseret kereta.
Sundea berkata bahwa mimpi saya menyeramkan. Saya betul-betul pernah bermimpi ini dan setelah bangun saya langsung browsing tentang kereta. Dani berkomentar bahwa logika mimpinya baik. Saya bertanya apa maksud dari logika mimpi. Logika mimpi menurut Dani adalah cerita rel manusia jika didengar kasat telinga (hehe) akan terdengar biasa saja. Namun setelah dipikirkan bahwa itu tidak mungkin, baru kita percaya bahwa itu mimpi.
Mimpi adalah rangkaian seri imaji, ide-ide, emosi, dan sensasi yang muncul ketika tidur. Emosi yang paling umum muncul di mimpi adalah rasa cemas. Emosi lainnya seperti rasa sakit, perasaan ditinggalkan, takut, senang, dan lainnya. Emosi-emosi negatif lebih sering muncul ketimbang emosi positif. Mungkin itulah penyebab mengapa sebagian besar peserta writer's circle bercerita tentang mimpi yang negatif.
Menguak mimpi itu sendiri memang sangat menyangkan. Bagi saya, dunia mimpi seperti dimensi lain yang tidak akan terjamah melalui teori dan interpretasi. Apapun bisa terjadi di sana! Menurut saya workshop kali ini sangat berguna karena mimpi adalah gudang ide yang kaya dan baik untuk dijadikan sebuah tulisan.
Selamat bermimpi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar