Penulis Jurnal

Siapapun dapat menulis jurnal di blog ini. Caranya adalah mengikuti kegiatan kami lalu menuliskan liputannya dalam bentuk jurnal. Berikut ini adalah nama-nama yang pernah menulis di blog kami:


Sundea adalah perempuan yang memiliki nama asli Ardea Rhema Sikhar dulunya selalu dikuncir buntut kuda, gendut, suka bawa botol air, dan suka nulis-nulis. Setelah lulus dari Universitas Padjadjaran, Dea - nama panggilannya - sudah tidak dikuncir buntut kuda, sudah tidak gendut, (sepertinya) sudah tidak bawa botol air, namun masih suka nulis-nulis. Mau lihat tulisannya, silahkan berkunjung ke http://www.salamatahari.com/

Farida Susanty adalah mahasiswi Jurusan Psikologi Universitas Padjadjaran yang kecanduan siaran televisi berlangganan. Sekonyong-konyong tubuhnya akan terpaku di depan televisi apabila ada film-film seru di channel HBO. Genre film favorit Farida beragam di kisaran indie, teen-flick, drama, dll. Ia sudah menelurkan 4 buah buku yaitu Dan Hujan Pun Berhenti, Karena Kita Tidak Kenal, serta dua antologi. Sekarang ini ia sedang dalam proses menerbitkan buku selanjutnya. Kunjungi blognya http://lovedbywords.tumblr.com/

Neni Iryani adalah penggemar Andrea Hirata yang membelot lantaran teman-temannya tidak menyukai pengarang keriting itu. Tumbuh besar di Lampung, lulusan Jurusan Sastra Inggris Universitas Perguruan Indonesia ini tengah mengadu nasib di ibukota. Ia pernah bekerja sebagai sekretaris di agen pemasok pesawat terbang dan kini bekerja sebagai editor di sebuah publishing buku. Jika kamu suka puisi, mungkin cocok dengan Neni. Lihat puisi-puisinya di http://lilalily.blogspot.com/ atau http://purple-neni.blogspot.com/

Satyo Aji Karyadi, lebih akrab disapa Aji, adalah peserta writers' circle yang kedatangannya paling sulit diprediksi. Kadang ia datang setiap minggu, tetapi kadang-kadang ia lama tidak muncul hanya untuk muncul lagi dan membuktikan kebertahanannya. Pria tinggi dan berkacamata ini sebetulnya pendiam, tetapi ada tiga fakta yang patut diketahui tentangnya. Pertama, Aji telah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Kedua, seperti yang diakuinya, Aji suka menulis tentang politik dan sepak bola (Kadang-kadang tajuk tulisan politiknya cukup ajaib. Membandingkan Stalin dengan Charlie Chaplin, misalnya). Ketiga, dalam tulisan ini Aji mengutip lagu Message in a Bottle-nya The Police. Apakah laki-laki ini suka The Police? Apakah kesukaannya ini merupakan indikator dari usia Aji yang sebenarnya? Ah, barangkali cuma anak-anak writer circle dan malaikat yang juga tahu.

Fadil adalah satu-satunya peserta the circle yang mampu untuk membuat makrame dan gaun pengantin. Ia juga pemain scrabble yang piawai. Buku favoritnya adalah Mystic River karangan Dennis Lehane. Frase favoritnya adalah berserobok pandang. Penyanyi favoritnya tentu saja Sherina Munaf. Kini Fadil lebih banyak meluangkan waktunya sebagai penggiat perfilman.

Ali Singatuhan adalah sebuah pseudonim salah satu peserta Reading Lights Writers’ Circle. Ia misterius. Dari pseudonimnya terkesan bahwa orang ini menyukai spiritualisme islam. Paling tidak ia tahu bahwa Singa Tuhan adalah sebutan penyair Jalaluddin Rumi bagi Imam Ali, atau tidak? Atau peserta ini kebetulan suka puisi-puisi Rumi, atau kebetulan mempelajari Imam Ali, atau kebetulan saja membaca frase Ali Singa Tuhan di suatu tempat, atau tidak? Entah apa cerita di balik pseudonim ini.

Wajah Anas adalah salah satu dari wajah-wajah lama di the writers’ circle. Meskipun sudah keluar dari Universitas Islam Bandung dengan predikat sarjana, lelaki penyuka hal-hal berbau spiritualitas islam ini masih bisa dijumpai di kamar kos-nya di Jalan Tubagus Ismail. Bertanyalah pada Anas tentang tempatnya berasal di Bima, Nusa Tenggara Barat, kalau anda beruntung ia akan menceritakan mulai dari perwatakan masyarakat sampai para joki kecil.

Yuliasri Perdani atau Uli adalah mahasiswa jurusan Jurnalistik FIKOM Unpad yang belum bercita-cita menjadi jurnalis. Ia suka menonton film apapun selama bukan film horor. Demi menunjang hobinya, uang sakunya ia rela habiskan untuk membeli/menyewa DVD bajakan. Uli suka membuat film, menulis skenario, dan es krim Walls rasa jeruk nipis yang ditengahnya ada jelly. Sluuurrrrp!

Ina Khuzaimah adalah seorang kontributor freelance di sebuah free magazine yang menjadi awalnya berkecimpung di dunia jurnalistik, sebuah cita-cita di masa SMP yang mulai menjadi nyata. Gadis berjilbab ini telah menjadi seorang production manager di tiga film pendek. Selain membaca dan menulis fiksi di sela kejenuhan kerja, Ina hobi mengomentari orang lain yang kurang sreg di hati, siapapun itu. Ina berhasrat menerbitkan novel dan skenario film yang mendidik dan menginspirasi.

Nia Janiar adalah seorang travel writer yang akhir-akhir ini lebih sering menulis karya non fiksi di webzine Ruang Psikologi atau di majalah wisata, rela meninggalkan pekerjaannya sebagai pengajar agar bisa jadi penulis. Nia belum menerbitkan buku sama sekali (kecuali skripsi).

Andika Budiman adalah mahasiswa HI Unpar yang suka sekali dengan kegiatan menulis, terlepas dari bentuknya, apakah cerpen, esei ataupun artikel. Dengan selera musik dan karya yang cukup non-mainstream, ia pernah menjadi guide museum, dan aktif juga di komunitas Museum Konperensi Asia Afrika. Saat ini ia sedang berusaha tetap hidup, dengan bernapas.

Myra Fathira adalah seorang perempuan yang konsisten mengenakan baju pink diberbagai kesempatan. Satu-satunya kesempatan di mana Myra berbaju hitam adalah sehari setelah tulisannya dikritik Rendra. Lulusan Sastra Inggris UNPAD angkatan 2004 ini pernah bekerja sebagai copywriter dan jurnalis. Namun sekarang ia memutuskan keluar dari pekerjaannya untuk mengejar passion-nya sebagai penulis. Jangan langsung menyapa Myra bila melihat ciri fisiknya pada orang yang Anda temui. Karena bisa jadi itu Mira, kembarannya.

Erick S. adalah pernah menjadi fasilitator di Reading Lights Writer’s Circle in Indonesian. Sehari-hari ia aktif di gereja, juga mengajar sebagai asisten dosen di Itenas, dan yang terpenting mengusahakan agar proyek komiknya bisa segera terbit. Ini bukan promosi karena ia sudah tidak available. Sekadar kegiatan tambahan, ia sering membuat komik strip mingguan, yang agak sinting, di http://ericbdg.blogspot.com/

Martina Zahirsyah yang memiliki hobi melukis dan menggambar ini sempat mengalami perpindahan sekolah berkali-kali di hidupnya. Marty, nama panggilannya, menyukai penulis Paulo Coelho. Kedatangannya yang selalu meramaikan suasana ini begitu ditunggu-tunggu oleh writer's circle.

Azisa Noor adalah perempuan dengan segudang bakat. Selain menulis, bermain cello dan memainkan musik klasik, ia pun jago menggambar. Bakatnya dalam menulis dan menggambar ini telah ditelurkan dalam sebuah karya komik yang berjudul Satu Atap. Karyanya bisa dilihat di toko buku terdekat.

Pradana Pandu Mahardhika hanya bisa dideskripsikan sebagai begini"Write something about myself? I wouldn't have to stoop that far if I had a horde of imperial scribes toiling day and night to chronicle my (not-so-) world-shaking exploits."

Sapta P. Soemowidjoko bergelar sarjana science yang pada akhirnya terjun ke dunia seni. Hobinya menulis, menggambar, dan memotret yang pada akhirnya digeluti secara profesional. Semasa kuliah pernah menjadi penyiar dan produser di beberapa radio dengan genre anak muda. Terakhir, ia pernah terpilih menjadi art director LA Indie Movie dalam film Dummy Bukan Dami sekaligus menjadi pemeran utamanya. Visual merchandise and promotion untuk Corniche adalah pekerjaan tetap yang tertulis dalam kartu namanya.

Retno Wulandari. Panggil saja Neno. Sejak kecil senang membaca, sudah besar dapat berkah bisa berteman dengan sekumpulan penulis kece di RLWCe. Rasanya seperti dimanjakan, kalau sebuah cerita bisa dibacakan langsung oleh si pencerita. Kemarin itu, saya sendiri tidak menulis, namun berkontribusi sebagai time keeper saja. Senangnya ada di sana.

Rizal Affif adalah seorang konsultan HR meskipun sebenarnya lebih mencintai dunia menulis dan desain. RLWC adalah salah satu kesempatannya menyegarkan diri disela-sela kesibukannya menilai para calon manajer untuk menghidupi dirinya. Selain menulis di RLWC, ia juga secara konstan menulis karya bertema spiritualitas—dan menuangkan eksperimen desain webnya—dalam blognya http://thesoulsanctuary.us/. Ia juga sedang menyusun rencana untuk beralih profesi yang lebih sesuai dengan passion-nya.

Ryan Marhalim. Seorang bocah dengan banyak impian. Salah satunya untuk menjadi penulis novel ternama bak Pramoedya Ananta Toer. Kegiatannya selain menggentayangi Reading lights Writers' Circle adalah menghadiri sebuah kelompok okultisme (occultism).

Mirna Adzania adalah ibu dari seorang putri cantik bernama Chloe Lim. Pernah mengenyam pendidikan di Universitas Padjajaran angkatan 1998. Sangat menyukai kartun anak-anak. Mirna adalah salah satu pencetus terbentuknya writer's circle ini. Cukup banyak karya yang dipublikasikan di majalah karena kemampuannya dalam menulis artikel, resensi, cerita, dan lainnya. Berbekal pengalaman inilah, Mirna paling kritis dalam mengapresiasi suatu karya. Lihat jurnal kesehariannya di http://penabuluangsa.blogspot.com/

Niken Anggrahini adalah lulusan Psikologi UNPAD yang seringkali disangka anak seni rupa. Mungkin karena rupanya berseni sesuai dengan pekerjaannya yaitu mengajar seni gambar di sekolah dasar. Niken seringkali menyisipkan humor dalam tulisan-tulisannya. Untuk melihat tulisan-tulisannya, silahkan mengunjungi http://nniikkeenn.multiply.com/

Dini Afiandri adalah salah seorang anggota yang (relatif) baru di Reading Lights Writers' Circle tetapi telah berhasil menyesuaikan diri dengan segala keanehan di sini. Siapapun yang ingin mengikuti jejak penulis bergaya "romantisme brutal" ini (menurut kata-katanya sendiri, lho) dapat langsung mengunjungi pertemuan kami setiap hari Sabtu jam 4 sore di salah satu sudut Reading Lights. Eh, kok malah jadi promosi ya?

Muhammad Sabiq Hibatul Baqi adalah peserta termuda (masih SMA) yang menulis data diri di Facebook sebagai: Raw. Sok nyeni. Sok eksperimentalis.  Kedatangannya pertama kali ke RLWC adalah saat menulis teknik puisi akrostik. Ia menulis puisi sederhana tentang bebek dengan sangat aneh (dalam konteks baik) sehingga keberadaannya langsung berbekas di benak writer's circle. Sabiq juga pernah berniat bolos try out karena memilih hang out dengan peserta writer's circle di H-1.