Rabu, 18 Februari 2009

Diary Mana Datangnya Cinta

Diary mana datangnya lintah, diary sawah turun ke kali …


… dan di hari Valentine itu, teman-teman Reading Lights Writers' Circle berlatih menulis diary. “Tulis apa aja, nggak akan dibacain, kok,” ujar Andika sang fasilitator. “Ada nggak, trik menulis diary supaya nggak terlalu emosional dan isinya pelajaran berharga ?” tanya Shahril. Sebelum Andika menjawab, Ivan menyela, “Apa itu nggak jadi kerasa kayak nipu diri sendiri ?”

Andika lalu berbicara mengenai menulis diary yang disebut personal writing, “jadi diary itu ditulis untuk diri sendiri,” ujar Andika. “Nggak juga ! Banyak diary yang ditulis untuk dibaca orang. Misalnya diary-nya Sylvia Plath, Fira Basuki …,” Myra menentang dengan berapi-api. “Kalo kata gua, itu tahap selanjutnya, sih, My. Diary sendiri sebetulnya kayak kotretan,” saya sependapat dengan Andika.

Akhirnya, untuk membuat pembicaraan lebih berdasar, teman-teman dipersilakan menulis diary. “Nggak akan dibacain, kok, jadi nggak usah mengedit diri sendiri,” sekali lagi Andika mengingatkan, “paling entar kita share pengalaman nulis diary …”

Setelah sekitar dua jam berlalu, acara menulis diary disudahi. Teman-teman diajak membagi pengalaman masing-masing. “Gua lebih suka mengarang indah daripada nulis diary, Bo,” ujar Thya. Ia cukup terbiasa menulis cerita-cerita cinta, “Tapi mungkin gua belom terlalu jujur sama diri sendiri,” ungkapnya.

Lain lagi dengan Devi. “Gua ngerasa lega. Hari ini banyak banget yang gua alamin, jadi tema hari ini pas banget,” ujarnya yang memang terbiasa menulis diary. Bagi Rudy, menulis diary sepertinya jadi media refleksi. “Hari ini saya kesel karena sesuatu. Abis nulis diary, saya malah jadi nanya ‘ada apa dengan diri saya’ ?”

Sebagai penutup, Andika membacakan sebuah artikel mengenai tips-tips menyimpan diary. Ternyata, menyimpan diary dalam safety box bank menjadi salah satu alternatif. Wow! Diary dipandang sebagai teman yang sedemikian personal dan berharga.

Diary mana datangnya cinta, diary mata turun ke hati


Mata mungkin memandang sesuatu yang dimiliki bersama, tapi hati kemudian menyimpan persepsi personal yang milikmu sendiri …

Sundea

Sundea
adalah penangkap keseharian yang menulis diary sejak usia tujuh tahun hingga saat ini. Menjadi penangkap keseharian di Tobucil (www.tobucil.blogspot.com) dan menceritakan sebgian dari kesehariannya di www.salamatahari.blogspot.com.

Sundea dan boneka tangannya, Onde

1 komentar:

Nia Janiar mengatakan...

Myra komentar dengan berapi-api.

v
v
v
v

Hehe, myra banget ya.