Senin, 07 Februari 2011

Experience is Everything


Experience is everything … terutama yang pertama.

Menurut tokoh filsuf besar dari benua Eropa sana, manusia nalarnya dibatasi oleh alat indera; mata, telinga, tangan, dan lain-lain—yang kita sebut sebagai indera perasa, indera pengecap, dan indera pendengar. Dari indera-indera tersebut semua hal menjadi titik pembentuk manusia atas kesadaran dia dan juga atas tingkat intelegensinya. Pengalaman adalah salah satu pembentuknya. Tapi apakah pengalaman pertama juga? Atau hanya sebagai alat pemicu alam bawah sadar manusia? Itulah yang kita cari ...

Mengingat pertama kali saya datang ke RL, rasanya tidak nyaman. Saya rasa itu juga yang terjadi dengan teman-teman yang baru datang ke RL atas undangan saudari F. Saat itu cukup banyak yang datang. Andika—setelah sekian lama—kembali berlakon sebagai moderator kali ini yang mengusung tema pengalaman pertama. Rupanya waktu 30 menit lebih tidak menjadikan karya beberapa orang selesai. Mereka perlu lebih dari yang ditentukan. Tapi toh ini ‘kan cuma pengalaman.

Andika menjadi orang pertama yang membacakan karyanya. Ceritanya berkisah tentang pengalaman pertama sang tokoh saat menjadi pemandu museum. Sangat disayangkan, ia tidak dapat menyelesaikan ceritanya dalam tempo waktu yang ditentukan.

Berputar kepada saya. Cerita saya berlandaskan pemikiran bagaimana jika rasanya seorang anak yang hidupnya sempurna tapi ternyata ia memiliki seorang ibu adalah sosok laki-laki transeksual. Itulah pengalaman yang ingin saya gali. Namun sayang, saya kurang mampu memberikan persiapan untuk mengagetkan pembaca.

Lalu beralih kepada Farida. Untuk para anak kecil sebaiknya tidak mendengar ceritanya. Walaupun cerita adalah bocah kecil yang pertama kali menggunakan telepon—hanya saja—untuk beberapa bagian tidak terdengar seperti telepon. Telepon memang MULTIFUNGSI.

Selanjutnya adalah karya-karya pendatang baru. Ringga yang berupaya menulis pengalaman seorang yang mencoba olahraga rafting tapi tidak dapat diselesaikan, mungkin karena faktor kedatangannya juga cukup telat. Selain itu ada Fuad yang rupanya seorang penggemar atau dia membuat tokoh penggemar seorang musikus terkenal, Iwan Fals. Fuad membuat tokoh ini gegar untuk bertemu sang idola, hanya sayang terlalu banyak metafora di dalam cerita ini.

Ada juga orang baru yang bernama Aga yang merupakan salah satu newbie yang paling unik. Satu hal yang membuatnya demikian karena dia menggunakan Bahasa Inggris dalam penulisannya dan tentunya juga kepada pembacaannya. Walau bertema tentang hal sepele yaitu membeli baju biru dengan diskon 70%, Aga bisa memasukkan emosi dengan baik. Bahkan sangat baik. Tulisannya membuat kita semua masuk ke dalam emosi yang marah dan kesal atas kejadian karena ternyata baju biru itu memiliki kerusakan.

Seni dengan BBnya berhasil menciptakan karya yang romantic. Walaupun saya bukan penggemar hal-hal yang bersifat percintaan, tapi karyanya luar biasa. Dia membuat pengalaman pertama diputuskan pacaran yang kemudian akhirnya diubah menjadi pengalaman pertama dilamar. Ini sangat luar biasa. Terakhir ada Shofa yang memiliki gaya retorika sama seperti saya, menuliskan bagaimana perasaannya menulis dan berkumpul di RL untuk pertama kalinya.

Uli mencoba membawa kita untuk bermain game, namun sebelumnya kita dibawa ke dunia khayalan ROCK and ROLL, dimana sex, drugs, music menjadi satu. Ternyata ia menuliskan pengalaman pertama bermain guitar hero. Apakah anda tertarik untuk bermain? Tak penting karena Sapta menceritakan kehalusan sebuah cerita untuk memakan buah dan saya lupa lanjutan ceritanya. Forgive me, Sapta. Jika Sapta benar-benar menceritakan cara hidup sehat dengan makan buah, Nia justru sebaliknya. Dia mendalami tiga hal sekaligus dengan membawa kita ke dunia gelap, perampokan, drugs, dan masuk penjara ini Nia ikatkan menjadi satu lingkaran setan. Ia dapat mendalami perasaan dari seorang makhluk biasa menjadi makhluk pengidap narkoba hingga menuju kriminalitas.

Selanjutnya ada cerita Mahel yang ternyata puitis sekali sehingga membingungkan saya dan beberapa orang. Ia bercerita tentang makan jamur beracun (mushroom) yang membuat halusinasi untuk pertama kalinya.

Tiga orang sisanya adalah Rizal yang menceritakan tentang orang yang selamat dari kecelakaan pesawat dan menuju proses kanibalisme. Tapi sekali lagi, waktunya tidak cukup untuk Rizal. Hakmer, setelah sekian lama, mampu membuat gayanya keluar dengan membuat hantu yang bercerita karena dia mati oleh sepotong coklat yang disuapakan oleh wanita pujaannya. Ini terjadi karena sang tokoh alergi terhadap cokelat. Jika dikaitkan dengan Valentine, mungkin ini adalah bloody valentine, atau tepatnya bloody chocolate valentine.

Dan yang terakhir adalah Dani sebagai makanan penutup karena ia menceritakan kisah tragis yang paling dicari oleh tokoh. Agak sadomasochist, bukan? Bagaimana jika Anda ditampar oleh pacar Anda dan Anda hanya tertawa begitu saja? Apakah Anda menikmatinya? Atau membencinya?? Tamparan dari Dani adalah penutup untuk dansa kita di panggung RL. Bukankah pengalaman adalah segalanya? Tapi pengalaman tidak terbatas ... banyak sekali yang tidak kita ketahui. Banyak sekali. Ini bukan pengalaman pertama saya menulis jurnal, hanya saja ini gaya baru saya dalam menulis jurnal.

Hanya untuk mereka yang berpengalaman.

K.R.M

4 komentar:

mcmahel mengatakan...

Hore! Akhirnya jurnal yang pas ada gue hadir juga. Setelah lama menunggu sebuah jurnal yang tidak kunjung ada. :)

Terima kasih Nia dan Ryan. Jadi, ada yang mengingatkan kembali pengalaman gue 'menyentuh' RL ketika pulang ke Bandung.

alavya-shofa mengatakan...

hemmm..

Anonim mengatakan...

Wah baru tau ada jurnal RLWC :)
Nice review.
-Senni

Reading Lights Writer's Circle mengatakan...

@McMahel: Ditunggu lagi kedatangan selanjutnya, Hel!

@Alavya-shofa: Hey hey, ada apa? :D

@Senni: Halo Senni, ditunggu lagi ya kedatangannya.. :)