Selasa, 19 Oktober 2010

Satu Lagu, Banyak Cerita



Kegiatan Reading Lights Writers Circle kemarin [Sabtu 9 Oktober 2010] cukup unik. Ketika saya datang, selain para peserta Writers’ Circle, ada satu orang lagi yang akhirnya segera diperkenalkan pada saya. “Hari ini sesi interpretasi lagu,” kata Nia. “Lagunya buatan dia.” Dia menunjuk orang itu. Akhirnya saya tahu bahwa lagu instrumental itu berjudul After Midnight, dan orang itu bernama Tesla. Menurut http://soundcloud.com/, nama lengkapnya adalah Tesla Manaf Effendi (dan musiknya juga, termasuk After Midnight, dapat didengarkan di website tersebut).

Saya terlambat datang, jadi saya diperdengarkan lagunya untuk keduakalinya tanpa perpanjangan waktu. Jazz. Dengan nada-nada yang menyiratkan sesuatu yang intens sedang terjadi, kemarahan, dan akhir yang menghentak. Sesuatu segera terbayang di otak saya. Saya melirik pada sang kreator musik, diam-diam kagum. Lalu mulai saya tuliskan cerita yang terlintas di benak saya setelah mendengarkan lagu tersebut. Sedikit aneh, saya pikir.

Tapi ternyata interpretasi para peserta RLWC sore itu terhadap lagu tersebut memang berbeda-beda. Yang pertama membacakan adalah Myra. Ceritanya adalah tentang perselingkuhan anak dengan orang tua, dengan ending yang membuat para peserta lain terhenyak: karakter tersambar petir. Menggambarkan irama musiknya, yang menurut Myra seperti score sinetron, dengan akhir yang tiba-tiba. Tesla berkomentar bahwa cerita Myra cocok dengan lagunya, cerdas, dengan penyampaian yang puitis. Rizal berkomentar bahwa dia akan sulit menghandle cerita seperti itu, tapi Myra bisa. Pada saat itu juga, Tesla mulai bercerita bahwa dia memang tertarik pada musical score film-film.

Selanjutnya yang membacakan adalah Tegar. Interpretasi Tegar cukup unik, yaitu dia membuat cerita tentang orang yang sedang melakukan tes Kreplin. Menurut Tegar, repetisi dalam lagu After Midnight membuatnya teringat dengan repetisi yang menyebalkan di tes Kreplin.

Setelah Tegar, giliran Rizal yang membacakan ceritanya. Rizal membicarakan tentang seseorang yang melintasi air, dengan gelembung-gelembung. Peserta lain mengritik bahwa cerita Rizal kurang konflik dan banyak yang merasa bingung. Tesla berkomentar bahwa cerita itu seperti tari interpretasi.

Giliran Neni membacakan cerita. Neni bercerita tentang bunga di musim gugur. Yang menarik, ceritanya belum selesai sehingga dia membacakan “titik-titik…” sebagai akhir cerita. Para peserta lain, termasuk Tesla, menyatakan bahwa mereka penasaran dengan akhirnya. Saya juga tentunya. Seperti biasa, saya selalu mengagumi deskripsi Neni tentang alam.

Sapta, yang membacakan setelah Neni, membuat permintaan aneh ketika gilirannya tiba. Dia minta Nia memutar musiknya ketika dia membacakan cerita. Sapta ingin memberikan cue-cue mengenai apa yang ada di pikirannya ketika mendengar musik ini. Dia menyatakan bahwa dia membayangkan ini jenis video reverse, seperti videoklip The Scientist-nya Coldplay. Lalu Sapta membacakan ceritanya. Ceritanya ternyata berkaitan dengan matador dan digabungkan dengan legenda puteri duyung. Tesla menyatakan bahwa cerita Spata membuatnya teringat pada lagunya.

Selanjutnya yang membacakan adalah saya. Lagu After Midnight mengingatkan saya pada sebuah video Youtube tentang pencarian absurd wanita terhadap kecantikan sempurna. Itulah yang saya akhirnya tulis, tentang perjuangan hopeless seseorang dalam mencoba menjadi wanita yang “cantik” dengan operasi plastik dan sedot lemak, sampai dia menemukan bahwa dia tetap bukan jadi yang tercantik di sebuah ajang beauty pageant. Tesla menyatakan bahwa dia baru merasakan ada lagu After Midnight pada adegan dimana si wanita baru dibuka perbannya setelah dioperasi plastik. Sapta setuju.

Interpretasi selanjutnya adalah dari Fadil. Fadil datang terlambat, sehingga dia belum menulis banyak. Tapi Fadil menulis tentang werewolf yang ditangkap, yang akan dimangsa. Para peserta setuju bahwa cerita Fadil unik.

Setelah Fadil, Nia menyusul. Nia menulis mengenai Gajayana, kereta cepat. Tesla berkomentar bahwa ceritanya absurd dan berat. Selain itu, Rian menyusul dengan ceritanya, mengenai orang yang disebut aneh. Para peserta tertawa ketika Fadil berkomentar di akhir cerita, “Cerita yang aneh”. Cerita ini dikritik oleh saya, Rizal, dan Nia karena repetisi dari kata-katanya yang terlalu banyak. Peserta lain menyatakan memang style Rian seperti itu.

Terakhir yang membacakan adalah Dani. Ceritanya berfokus pada percakapan dua orang, dan Dani menyatakan bahwa dia mencoba mengungkap karakter dari tokoh melalui dialog.

Setelah Dani selesai membacakan, sesi menulis hari itu kemudian ditutup.


Farida Susanty. Pemenang Khatulistiwa Awards 2006-2007 untuk Penulis Muda Terbaik serta telah menerbitkan buku Dan Hujan pun Berhenti dan Karena Kita Tidak Kenal. Entah kenapa bisa tersasar ke tanah antah-berantah yang didiami Reading Lights Writers' Circle. Sementara menunggu beliau pulang ke dunia beradab, silahkan baca blognya di http://jerawatdimuka.tumblr.com/


10 komentar:

Anonim mengatakan...

wah teman, nama saya Ryan bukan rian....nice follow...

Neno mengatakan...

Senangnya menjadi saksi mata dan saksi kuping di sana. Pembaca yang dimanjakan dengan dibacakan oleh penulisnya langsung. Pendengar yg ditemani pengarang musiknya langsung. What a day :D

Thanks for sharing..

Nia Janiar mengatakan...

@Anonim: Biasa.. untuk pertama selalu ada salah-salah kata. Misalnya untuk Dani, dulu sering ditulis Dany atau Danny. Hehe.

Nia Janiar mengatakan...

Oh, tapi tentunya akan dipelajari oleh yang akan menulis jurnal selanjutnya. Makasih untuk koreksinya.

kang_te mengatakan...

saya gak bilang repetisi di kraeplin itu menyebalkan lho... karena menurut saya repetisi dalam hidup lebih menyebalkan daripada repetisi di kraeplin... hehehe.

Niken mengatakan...

Echaaaaa.....!!!!

Ihik. Ada Echa.

Eh, Icha-nya dateng kan? hehe

Nia Janiar mengatakan...

@tegar: jatuh cinta, patah hati, jatuh cinta lagi itu yang menyebalkan! #eh

@niken: buahaha.. Ichanya gak dateng, Mbak! *merinding*

kang_te mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
kang_te mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
kang_te mengatakan...

aku baca komen lanjutan dari nia sambil nyeruput kopi, dan tersedak...

masalahnya, koq nia jadi curhat?
ckckck, peace...