Kamis, 21 Oktober 2010

Dalam Gelap


Sabtu itu [16 Oktober 2010 -red.] banyak teman yang tidak datang ke klub menulis di tempat kami biasa berkumpul. Mungkin karena hujan atau macet karena acara festival di pusat kota.

Sudah dari jam dua belas aku menunggu di ruangan belakang toko buku di pertokoan tua di daerah Bandung Utara. Sudah empat batang rokok habis sebelum akhirnya Nia datang. Langit sangat mendung saat itu. Meski baru jam empat sore, suasana sudah seperti akhir senja, gelap. Kami baru mengobrol sebentar saat Rizal dan Neni datang.

Setelah kira-kira jam setengah lima, kami memutuskan untuk memulai kegiatan menulis. Sekitar lima menit kami berdiskusi tentang tema yang akan diambil hari itu. Lalu diputuskan kalau kami akan menulis dengan tema horor.

Aku hanya tertawa dalam hati saat lampu mendadak padam, dan sepertinya tidak ada yang menyadari saat angin semilir sejuk sekejap melewati ruangan tertutup ini. Mungkin mereka berpikir hal itu normal, karena udara memang cukup sejuk dan angin di luar memang bertiup semilir.

Aku sudah cukup lama kenal tempat ini. Hanya sekali kualami kejadian angin mengalir kencang di ruangan belakang yang dikelilingi tembok ini. Memang hal itu tidak mustahil, angin yang mengalir masuk bisa saja masuk melewati kisi-kisi jendela. Tapi ada faktor lain yang membuat hal itu merupakan fenomena tak biasa.

Kejadian itu dikukuhkan oleh kedatangan dua orang teman lainnya, Ryan dan Sapta. Dua kali aku melihat bayangan gelap yang sedari tadi kukira hanya bayangan biasa, menyembul dari balik meja boks tua yang ada di tengah ruangan.

Aku berharap agar lampu segera menyala, karena bayangan tersebut sekarang berada di balik rak buku kecil di samping tempatku duduk. Sambil tetap fokus menulis, aku melihat siluet berbentuk wajah tanpa mulut. Matanya hitam kosong memperhatikanku.

Aku hanya berdoa dalam hati agar lampu cepat menyala. Sekejap sebelum lampu menyala, dari sudut mataku, aku melihat bayangan hitam pekat itu merayap dan meliuk-liuk ke depanku dekat kaki-kaki meja dengan cepat menuju salah satu tas seorang teman, dan masuk ke dalamnya tepat saat semua orang mendongak ke arah lampu.

Aku bergidik sekaligus lega, karena itu bukan tasku dan lampu sudah menyala.


- Ari

3 komentar:

M. Lim mengatakan...

ADA YANG HADEEERRRR...........

ase mengatakan...

HOHOHOHOHO
jadi dipasang ya????
menarik nih....
ada yang teriak gak ????

Nia Janiar mengatakan...

@ryan: emang pas dibacain, elu belom dateng gitu?