Jumat, 22 Oktober 2010

Antara Horor dan Haram


(Catatan Editor: Maaf bagi pembaca yang terlanjur merasa takut atau malah paranoid gara-gara entri jurnal kemarin. Sebenarnya itu cerita salah satu peserta yang ditulis waktu pertemuan tanggal 16 Oktober, tetapi dijadikan entri jurnal jadi-jadian untuk menambah bumbu pengalaman berjurnal ;P . Beginilah rupa jurnal asli yang ditulis Ryan: )

Ini adalah jurnal pertama sayaWriter's Circle pada hari Sabtu jam 17.00, tepatnya pada saat saya datang, sudah mengalami kejadian yang cukup “menyenangkan.” Kenyataan bahwa saat itu mati lampu dan hari gelap bukan karena jam 5, tetapi disebabkan oleh hujan, langit yang gelap, seperti sudah melwati jam 6 sore saja, tidak ada kesan romantis. Entah kebetulan atau tidak ketika saya datang, saya mendapati bahwa hanya 4 orang yang telah datang dan siap menulis. Dan yang paling kebetulan adalah bagaimana tema yang didapatkan untuk menulis adalah “Horor” atau tepatnya yang menyeramkan, suatu kebetulan yang menyenangkan bukan? Perlu saya jelaskan kenapa sih saya sebutkan kebetulan? Ya karena dalam memilih tema penulisan adalah pengundian. Dalam setiap ingin memilih tema yang kami lakukan adalah menulis tema kami masing-masing dan mengundinya. Ya, seperti yang saya tulis, sebuah kebetulan yang “menyenangkan”.

Secara total yang datang ada 6 orang, tetapi yang menulis 5 orang, sangat disayangkan untuk Bung Dani, terlalu telat. Dalam menulis, kami sendiri (beberapa dari kami) merasa kesulitan, tentu saja dalam penulisan tema “horor” adalah sesuatu yang baru bagi kami. Yang paling sulit dari kami adalah bagaimana kami membedakan apakah pembunuhan atau “
thriller” termasuk ke dalam tema horror dan apakah horor selalu memerlukan unsur “supernatural”, akibatnya saya menulis dan satu teman saya menulis dengan tema “thriller”. Secara keseluruhan salah satu yang kesulitan kami yang paling mencolok adalah cara menuliskan sikap “panic”, sulit sekali lho.

Kami menulis dalam keadaan gelap (terima kasih kepada Rizal atas ide nya untuk membuat lampu “neon” sederhana dari HP dan gelas ice Cappucino). Tapi langit berkehendak lain, maka di tengah lampu kembali menyala, ya, kembali ke
status quo. Secara singkat kami masing-masing membacakan cerita kami, dan saling mengomentari akan kelebihan dan kekurangan tulisan-tulisan kami masing-masing, akan tetapi yang paling menarik adalah satu tulisan teman yang yang berjudul “JURNAL”, tentu saja yang dia pakai adalah hari itu, tokoh-tokoh yang ada disitu, dan tempat itu. Dengan kata lain kami semua dibawa ke suasana horror. Dan tentu saja satu orang berhasil membuat cerita yan glucu. Hari yang menyenangkan, saya tidak sabar menunggu pertemuan berikutnya. Masih banyak kekurangan dalam hal ini, kita akan teruskan ke depannya untuk menjadi semakin baik.


K.Ryan Marhalim, seorang bocah dengan banyak impian, salah satunya untuk menjadi penulis novel ternama bak Pramoedya Ananta Toer. Kegiatannya selain menggentayangi Reading lights Writers' Circle adalah menghadiri sebuah kelompok okultisme (occultism).

Tidak ada komentar: