Awalnya tema dipilih karena saya sempet bercerita mengenai buku tentang seorang kakek yang mengajari banyak hal kepada cucunya yang autis melalui surat-surat. Dan salah satu surat tersebut membahas mengenai cinta altruistik.
Sampe sekarang saya nulis jurnal pun, saya googling mengenai cinta altruistik hasilnya masih belum se-khusus apa yang dibahas buku yang saya baca tersebut, mungkin memang frase ini masih belum dikenal umum kali yah, karena di wikipedia versi Inggris hanya memiliki konten altruism saja. Dan bukunya ilang dikamar, jadi saya masih belum sempet membaca ulang buat definisi cinta altruistik tersebut :|
Yah, yang intinya cinta altruistik itu lebih ke arah memberi kasih sayang tanpa mengharapkan kasih sayang tersebut berbalas. Sempat dibahas mengenai batasan batasan cinta altruistik dengan unrequited love itu sampai mana batasannya. Karena menurut beberapa penulis (termasuk saya, masih kurang mengetahui batasan yang real cinta altruistik dan cinta tak terbalas)
Untuk mengambil contoh cinta altruistik itu mungkin adalah kasih sayang orang tua kepada anaknya, yang kalau tidak salah saya baca pada buku tersebut.
Kali ini, kita mendapatkan teman baru bernama Rangga. Rangga menulis cerita seorang lelaki dan gadis buta. Penuturan cerita rangga cukup langsung dan jelas. Di awal cerita atmosfir drama yang dia bentuk sangat bagus sekali, meskipun di akhir cerita agak 'cheesy' dengan adanya sebuah kalimat "aku cinta" yang agak canggung kalau ditulis di cerita tersebut.
Lalu dilanjutkan dengan Audri, ia bercerita mengenai fanatisme klub bola. Cerita dia di dominasi oleh sebuah dialog-dialog debat kusir tentang enaknya nonton bola di stadion atau di tv.
Nia, cerita Nia sangat naratif sekali. Bahkan saat dibacakan, kita seakan mendengar seorang ibu yang sedang diintrogasi di kepolisian untuk menceritakan kronologis suatu kejadian. Deskripsi dan suasananya jelas, tapi dengan cerita yang sedikit agak rumit. Saya jadi agak lupa dengan alurnya. Tapi meskipun cerita Nia rumit, cerita Nia nyaman sekali untuk dibacakan. Mungkin, karena deskripsi yang sangat jelas. Bahkan deskripsi pasca kecelakaan pun linu nya tersampaikan.
Setelah Nia, Sapta membacakan ceritanya. Ceritanya mengenai zina/maksiat/apapun itu. Sapta di awal cerita seperti memberikan teaser untuk akhir cerita, karena cerita yang dibuat Sapta kali ini mempunyai banyak sekali lompatan lompatan waktu dan adegan. Sehingga cerita tersebut seperti soal matematika yang disuruh membutikan bagaimana 1+1=2, yang dikerjakan oleh anak pintar dengan adanya lompatan-lompatan langkah mengerjakan. Meski akhirnya bocoran akhir cerita di awal mampu dijaili sedikit sehingga menimbulkan sedikit twist dicerita.
Dani, dia menuliskan cerita dengan latar suasana pengadilan. Mengenai seorang tersangka yang sedang diadili. Ok, saya cukup lupa bagaimana alur cerita tersebut berlangsung. Tapi ada yang saya ingat sekali, saat si tokoh berkata "karena saya cinta negara ini." Dani membacakannya dengan intonasi yang sangat pas. sehingga ending cerita ini membuat saya cukup ingat dengan cerita.
Setelah Dani, Sabiq (saya) mendapatkan gilirannya. Saya bercerita mengenai seseorang yang gagal mendapatkan coklat valentine. Ya, dan hanya menyisipkan cerita yang sesuai tema saat si ibu menyuruh si tokoh aku untuk berhenti merokok. Saat saya selesai bercerita, kita lalu membahas segmen-segmen untuk siapa tulisan ini dibaca. Karena terlalu banyaknya kata 'besar' yang digunakan dalam cerita ini, dan menurut Sapta kata kata 'besar' tersebut tidak cocok untuk tulisan ini. Dan kata Nia, si tokoh aku pasti sangat teredukasi sekali. Dan kata Dani, cerita galau SMA memang banyak menggunakan kata besar ini. Kecondongan yang saya gunakan untu menggunakan kata kata 'besar' mungkin karena ketertarikan saya menggunakan kata kata bahasa Inggris yang di-Indonesia-kan tanpa mengubahnya menjadi Bahasa Indonesia itu sendiri. Seperti translate menjadi translasi, bukan menjadi terjemahan.
Lalu pertemuan mengenai cinta altruistik ini pun selesai.
Muhammad Sabiq Hibatul Baqi adalah peserta termuda (masih SMA) yang menulis data diri di Facebook sebagai: Raw. Sok nyeni. Sok eksperimentalis. Kedatangannya pertama kali ke RLWC adalah saat menulis teknik puisi akrostik. Ia menulis puisi sederhana tentang bebek dengan sangat aneh (dalam konteks baik) sehingga keberadaannya langsung berbekas di benak writer's circle. Sabiq juga pernah berniat bolos try out karena memilih hang out dengan peserta writer's circle di H-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar