Tidak banyak yang berubah di Reading Lights Writers' Circle pada hari Sabtu, 12 Juni 2010, sekalipun tema yang diusulkan oleh Andika adalah "perubahan." Tema yang sulit, memang, karena tidak ada petunjuk yang lebih rinci tentang "perubahan" yang dimaksud, sehingga pada akhirnya tema ini sama saja dengan meminta setiap orang untuk menulis sebuah "cerita" karena toh jarang sekali cerita yang tidak mengandung unsur perubahan di dalamnya.
Mirna, yang didaulat untuk membuka pembacaan karya, membawakan pengamatan pribadinya dalam suatu tulisan yang berbentuk catatan dalam blog atau buku harian. Dalam tulisan ini ia menceritakan perubahan yang dilihatnya dalam penampilan dan jati diri kota Bandung hingga kota ini menjadi terasa asing baginya dan tidak lagi memberikan kesan sebagai "rumah" yang dikenalnya dulu.
Cerita kedua dibacakan oleh Andika. Tema khas Andika, yaitu kehidupan kaum gay, muncul seperti biasa dalam tulisan ini. Dikisahkan ada suatu pasangan gay yang telah lama tinggal serumah; salah satunya selalu menyiapkan makan malam istimewa setiap tahun untuk memperingati hari jadi hubungan mereka. Sayangnya, pasangannya tak pernah mempedulikan isyarat ini, dan bahkan selalu pulang terlambat pada setia kesempatan perayaan tersebut. Cerita ini tidak benar-benar mengandung unsur perubahan, tetapi belakangan Andika menjelaskan bahwa pada awalnya ia berencana menuliskan cerita yang lebih panjang untuk menampilkan awal keretakan hubungan pasangan tersebut secara terbuka.
Thya/Maknyes menceritakan seorang wanita bernama Tamara yang baru saja putus dengan pacarnya. Saat Tamara membicarakan hal ini dengan sahabatnya Laura, terkuaklah rahasia bahwa hubungan Tamara dengan para mantan pacarnya tak pernah bertahan lama karena Tamara sendiri tak pernah memilih lelaki yang akan dipacarinya--selama ini para lelakilah yang selalu mendekatinya. Jelas saja Laura kaget begitu mendengar pengakuan ini karena ia mengenal Tamara sebagai seorang wanita yang cantik dan menarik. Ia lalu membujuk Tamara untuk mulai mendekati lelaki, dan sebagai langkah pertama ia membawa Tamara ke sebuah klub yang sering didatanginya. Di klub ini Tamara berhasil menemukan seorang lelaki yang menarik dan--dengan cukup banyak dorongan dari Laura--berkenalan dengan lelaki tersebut. Gaya khas Maknyes yang penuh humor dan celetukan tentang budaya pop sangat kentara dalam tulisan ini.
Berikutnya, cerita Nia juga menampilkan kecenderungan khasnya untuk menuangkan curahan hati yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Tokoh "aku" dalam cerita ini adalah seorang guru yang bertanggungjawab menangani anak-anak bermasalah. Pada suatu hari ia dipanggil untuk mengurus seorang anak yang bengal dan rewel; sialnya, ternyata anak ini juga suka mengadu jika "aku" bertindak keras kepadanya sekalipun tindakan itu cukup beralasan, dan ibunya begitu buta terhadap kenakalan anaknya hingga ia selalu menyalahkan si "aku" atas kegagalan untuk mengubah perilaku si anak bengal itu. Masalah ini menjadi berlarut-larut hingga "aku" yang awalnya mencintai pekerjaanya lama-kelamaan malah menjadi tegang dan depresif setiap kali ia terpikir tentang pasangan ibu-anak bermasalah tersebut.
Dalam cerita Niken, seorang wanita terbangun dengan rasa mual yang menjadi-jadi dan kemudian muntah-muntah di kamar mandi. Suaminya langsung tergopoh-gopoh membantu dan membawanya ke dokter terdekat karena ia menduga bahwa sang isteri sedang hamil muda. Ternyata, setelah diperiksa, sang isteri dinyatakan hanya masuk angin, dan sang suami tiba-tiba kembali berubah menjadi dingin dan tak lagi sudi membantu isterinya.
Cerita Rizal dimulai dengan pertemuan tak sengaja antara seorang lelaki dengan seorang wanita di sebuah kedai kopi. Pertemuan ini berlanjut menjadi suatu perbincangan yang hangat, dan kemudian menjadi suatu persahabatan yang dilangsungkan melalui pertemuan-pertemuan berikutnya di kedai yang sama setiap hari Kamis sore. Lama-kelamaan sang lelaki jatuh cinta kepada sahabat wanitanya itu, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena wanita itu ternyata sudah menikah. Belakangan, saat muncul tanda-tanda saat suami wanita tersebut sering menganiayanya, sang lelaki mulai membenci dirinya sendiri karena ia tak berani bertindak untuk mengubah keadaan itu. Akhirnya sang wanita meninggal karena penganiayaan yang didapatnya, tetapi sahabat lelakinya tetap datang ke kedai tempat mereka dulu bertemu setiap Kamis sore untuk memperingati persahabatan mereka.
Saya sendiri menulis cerita tentang seorang terpidana mati bernama Dimitri. Suatu hari ia diseret keluar dari selnya untuk eksekusinya--eksekusi yang ternyata palsu. Belum juga hilang kagetnya karena regu tembak menggunakan peluru kosong, ia sudah digiring ke dalam sebuah mobil hitam yang ditumpangi seorang pria misterius. Pria ini memuji kejahatan yang membawa Dimitri ke penjara (sebuah pembantaian) dan mengatakan bahwa ia mempunyai "cara-cara tertentu" untuk membuat Dimitri menjadi "berguna." Tanggapan terhadap cerita ini pada dasarnya menanyakan bagaimana kelanjutannya, tetapi sayangnya saya sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Dimitri setelahnya. Ada saran?
Pradana Pandu Mahardika memiliki prinsip 'Kalau tidak ada acara, saya akan selalu datang ke Reading Lights Writer's Circle'. Laki-laki yang pernah berkata bahwa ia tidak menyukai pergi dengan para anggota suatu group lalu membicarakan hal di luar konteks group (misalnya hal-hal personal) ini memiliki kompulsi membeli buku fiksi dan non fiksi. Sudah bisa ditebak kalau ia memiliki koleksi buku banyak sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar