Selasa, 11 Oktober 2011

Pergantian Musim

Pertemuan RLWC 8 Oktober 2011 sempat akan bertema satu kalimat utuh yang diusulkan oleh tiap peserta, yang nantinya akan dipilih acak untuk dipakai dalam tulisan. Karena suasana gerimis dan Dani mengusulkan tema pergantian musim/cuaca, semua setuju dan ambil tema tersebut.

Dani bercerita tentang seseorang yang berselimut koran dan kehujanan, sementara di emperan toko dan bangku taman sudah terisi pengemis dan tuna wisma. Saat baru menemukan sepetak tempat yang hanya cukup untuk duduk, ada yang memanggilnya “Joni?”. --- cerita terputus, lengkapnya bisa dibaca di http://www.facebook.com/notes/pradana-pandu-mahardhika/cerita-iseng-20/10150338311109223 --- tambahan cerita secara lisan: yang manggil teman sekolah Joni yang sekarang kerja kantoran yang nanya ngapain duduk disitu. Ternyata Joni berantem sama istrinya di rumah dan diusir, jadi menggelandang untuk semalam.
Komentar teman-teman: belum lengkap jadi belum bisa dikomentari secara utuh.

Ryan menulis tentang seorang anak kecil bernama Indah yang terbangun dari tidurnya ditengah hujan. Indah minta ijin Parto (ayah Indah) untuk bermain diluar, dan diijinkan. Sambil minum kopi Parto memandangi foto keluarga, Parto-Indah-Anita (almarhum istrinya yang meninggal karena leukemia). Flashback ke suatu malam saat mereka berkumpul & berbincang-bincang. Anita berkata pada Indah bahwa dia akan pergi lama, karena tahu akan segera meninggal. Anita berpesan pada Parto supaya membiarkan anak mereka bermain saat dia akan datang di kala hujan.
Komentar Dani, masa kininya nggak keliatan, inti ceritanya di masa lalu.

Angie bercerita saat langit mendung & kelabu, menyeruput cokelat hangat. Ada yang melambai, siapa itu, laki-laki atau perempuan? Orang itu menuntunku, menembus kelabu. Awan gelap tersingkap, cerahpun datang. Ada ramai, ada tawa. Warna-warna yang indah. Dibalik mendung yang kelabu ada musim semi yang menanti, asal kita cukup berani.
Komentar Rizal: jarang orang ‘berkhayal’ seperti itu, banyak metafora.

Pipit menulis semacam artikel / opini mengenai pawang hujan. Musim di Indonesia ada dua yaitu kemarau dan hujan. Ada yang namanya pawang hujan, biasanya disewa oleh penyelenggara acara outdoor. Benarkah cuaca bisa diatur? Belum pernah ada bukti. Apakah harus ada pengawasan terhadap pengendalian cuaca?
Komentar: seperti jurnalistik.

Sapta menulis puisi. Tentang 2012 di mata lelaki, ibu-ibu, dan anak kecil.
Komentar: siapa kau dan aku? Jawabannya: kau = manusia, Aku = Tuhan.
Andika bercerita mengenai dua tahun ini Indonesia dilanda hujan. Roni menyiram halaman setelah mengerjakan PR, suka mencium bau tanah basah. Saat hujan datang, Roni tak perlu lagi menyiram halaman. Inti cerita hujan mau dijadikan tokoh antagonis, anak kecil yang tadinya suka hujan jadi benci tetapi saat kemarau rindu hujan.
Komentar: penggambarannya jelas untuk kondisi yang suka hujan

Rizal bercerita tentang hujan yang datang membawa kehidupan bersamanya. Kata Ibu selama dalam kandungan, si bayi (aku) tenang saat hujan. Waktu masih kecil, (aku) yang sedang menangis bisa terdiam saat hujan. (Aku) suka melihat hujan dari balik jendela. Hujan datang saat Ibu berlari menjemputku, kilat menyambar. Musim hujan kali ini berbeda, tak ada kilat yang datang. --- inti cerita: ibunya meninggal tersambar petir tapi si tokoh utama tetap suka hujan sejak kecil
Komentar: terlalu telling, bisa dibuat lebih showing.

Farida yang terlambat datang masih sempat menulis sebuah cerita tentang hantu dalam perjalanannya ke pertemuan RLWC.
Komentar: beberapa notice ada hantu di cerita tersebut tetapi agak bingung dengan sudut pandang tokoh utama

--- kepotong, waktu habis ---
Komentar: bagian awal terlalu panjang, bikin lost. Menarik saat masuk ke dialog, sayang terpotong di bagian yang ditunggu-tunggu.




Yudhinia Venkanteswari. Author of @JalanJalanHemat ke Eropa, globetrotter wannabe, ngaku backpacker tapi ga punya backpack, open water diver, zealous worker, it's just me anyway...

Tidak ada komentar: