Senin, 17 November 2008

Euforia! Ha … ha … ha!

Ada beberapa hal penting dalam pertemuan writers’ circle kali ini. Ketika kami baru duduk bersila, Erick memberikan pengumuman bahwa dikarenakan kesibukan, ia bakal jarang datang ke Reading Lights. Sang fasilitator ini mengharapkan ada orang yang menggantikannya.


Buat saya, ini cukup mengecewakan. Erick sudah lama menjadi pembimbing. Selain itu, ia juga suka memamerkan komik-komiknya atau menceritakan perkembangan dunia perkomikan yang memperkaya wawasan. Tapi, ya sudahlah… Semoga saja ia masih bisa menyisihkan waktu untuk bertemu dengan teman-teman doyan nulisnya di Reading Lights.


Erick memeragakan sendiri kaus kreasinya


Pertemuan kali ini cukup seimbang. Ada yang mau pergi dan ada yang baru bergabung. Namanya, Rukmini. Ia bisa dipanggil Mini atau Yuki. Mini adalah mahasiswa UPI jurusan Pendidikan Sekolah Dasar. Perempuan berjilbab ini sebenarnya telah lama menaruh minat pada latihan menulis di RL, tapi baru sempat hadir sekarang. Sama dengan Erick, kebetulan ia suka membaca dan menggambar komik.


Apabila dua minggu kemarin, Erick menyuguhkan tema penulisan rasa sakit dan rasa takut. Untuk kesempatan kali ini, kami mencari perasaan lain untuk ditulis. Perasaan-perasaan kelam menjadi usulan Erick. Mungkin, perasaan komikus ini lagi sendu ya …. Karena ingin mencari sesuatu yang baru, masing-masing peserta menerawang untuk mendapatkan perasaan yang lebih segar.


Usulan dan diskusi ini memakan waktu cukup lama, hingga akhirnya diputuskan euforia jadi tema tulisan kami kali ini. Mengapa euforia? Saya lupa siapa yang mengusulkannya. Yang jelas, euforia mengundang perdebatan yang lebih panjang lagi. Apa arti euforia?


Saya percaya euforia adalah versi lebay/berlebihan dari senang. Sebagian besar peserta setuju dengan definisi ini. Maka, kami pun mulai menulis. Lima belas menit ditambah lima menit, akhirnya kami selesai dengan coret-coretan di kertas.


Erick menjadi pertama yang membacakan karyanya. Kisahnya terinspirasi oleh temannya yang tergila-gila dengan permainan Diner Dash. Bagi yang belum tahu, dalam game ini pemain berperan sebagai Flo, yang bertugas sebagai pelayan di restoran. Permainannya cukup sederhana, yakni mengambil order pelanggan, menghidangkan makanan dan memberi tagihan. Namun, pada kenyataannya Diner Dash cukup sulit untuk ditamatkan. Kalau penasaran, coba saja trial-nya di Yahoo! Game.


Kembali ke kisah Erick. Kali ini ia bercerita tentang seorang yang merasa sangat bahagia dengan apa yang telah ia selesaikan di komputer. Euforia itu ditunjukkan dengan berteriak dan memeluk temannya.


Mungkin karena terinspirasi oleh kisah nyata, cerita Erick benar-benar terasa hidup. Sebagai tambahan info, saat teman Erick tamat Diner Dash itu, ia betul-betul meng-SMS seluruh sahabatnya untuk mengumumkan keberhasilannya.


Mini membacakan cerita yang benar-benar pendek namun manis. Bentuk tulisannya mungkin lebih cocok disebut sajak. Kata-kata yang terkandung cukup manis dan puitis, mengisahkan tentang kebahagiaan seseorang terhadap mentari. Menurut Erick, cerpen milik Mini jujur. Tanpa diduga, Erick kemudian memperlihatkan sketsa Minnie Mouse kepada forum. “Tadi saya gambar kamu,” ucap Erick pada Mini. Wah…wah… ada apa ini?!


Nia, sang lulusan psikologi UPI berkisah tentang euforia seorang anak remaja yang pergi ke Dugem alias Dunia Gemerlap. Dimulai dengan memakai tank top, dan berakhir pada ruang diskotik yang pengap oleh asap rokok.


Kali ini Andika tak seperti biasanya, ia menyajikan tulisan yang cukup pendek. Berkisah tentang perasaan paranoia yang menjelma jadi euforia. Selesai sharing mengenai karya Andika, Erick pamit pergi untuk urusan lain.


Wahyu juga mengikuti trend menulis singkat. Euforia seseorang yang tengah berkaca. Memandang bayangan pupil mata di cermin. Banyak detail bahasa tubuh yang dipakai Wahyu.


Gara-gara tulisan Wahyu, perdebatan mengenai makna Euforia diangkat kembali. Dan Wahyu memberikan definisi yang membuat orang seruangan tertawa terbahak-bahak. Saya tak akan membeberkannya terlalu banyak. Intinya, Wahyu menyebut-nyebut ‘hubungan intim’!


Satu teman lagi di kaus Wahyu


Anas menampilkan cerita yang khas, dengan kalimat-kalimat metaforanya. Pandangan seorang wanita terhadap pria yang akan meninggalkannya. Pria euforia itu bagaikan menara yang menjulang. Sementara, wanita memandang dirinya bagaikan bunga yang menunggu dihinggapi serangga.


Saya sendiri melanjutkan hobi saya untuk mengarang kisah nyeleneh. Jupri, seorang supir yang mendapatkan ‘durian runtuh’. Seorang pekerja seks komersil (PSK) bergaun putih ketat, hadiah dari majikannya. PSK itu digambarkan Jupri sebagai “Eva Arnas tanpa bulu ketiak”.


Ada yang tidak tahu Eva Arnas? Ia adalah artis seksi yang sempat main film bareng Warkop dan Barry Prima. Di zamannya, mencukur bulu ketiak belum menjadi trend.


Ari alias Omes, menyajikan euforia pria yang menyantap Indomie kuah setelah hujan-hujanan naik motor. Sementara Ina disebelahnya, berkisah mengenai kebahagiaan seorang remaja yang cerpennya dimuat. Banyak yang menyayangkan minimnya eksplorasi emosi pada tulisan Ina.


Fadil menceritakan momen, saat seorang pria menyatakan cinta kepada Monik lewat SMS. Kata Ina, perempuan bernama Monik memang kecengan Fadil. Kontan kami segera menggodanya. Saya sih cuma mau berpesan singkat. Kalau nembak, sebaiknya jangan pake sms. Banyak cewek yang menanggapinya dengan dingin.


Kisah cinta dilanjutkan dengan kisah penjudi bola yang menang taruhan. Kisah Aji ini mengingatkan saya pada film Gara-Gara Bola yang belum lama beredar di bioskop.


Selvi membacakan kisah euforia seorang perempuan yang mendapat beasiswa dengan suara yang lirih. Sangking lirihnya, suaranya tersamar oleh bunyi blender di dapur Reading Lights. Selvi juga mendapatkan kritikan tentang minimnya ekspresi.


Writers’ circle ditutup dengan kisah unik. Dea mengamati permukaan soda yang berloncat-loncat girang. Zzzp! Gelitik soda menghilang. Penggambaran Dea terhadap soda berkaitan dengan definisinya mengenai euforia. Awalnya, sangat ekpresif kemudian kembali tenang.


Sampai akhir pertemuan, saya belum mengenal baik mahluk bernama euforia itu. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English karangan AS Hornbry, Euphoria is state of well-being and pleasant exciment; elation. Di kamus Advanced English-Indonesian Dictionary karangan Drs. Peter Salim, M.A., euphoria berasal dari bahasa Yunani, yang artinya perasaan gembira dan bahagia.


Masing-masing kamus punya definisi sendiri mengenai Euforia. Namun, jangan sampai gaya penulisan terkekang karenanya. Dalam pertemuan ini kami (lebih tepatnya Andika) punya cara jitu untuk menuliskan perasaan. Gunakan majas metafora dan personifikasi sehingga emosi terasa nyata.


Selamat menulis (lagi)!


Yuliasri Perdani


Uli yang belum mau jadi kuli tinta

Foto Erick diambil dari blognya

2 komentar:

fad mengatakan...

Wah, ternyata memang banyak yang tidak mengerti tulisan saya hiks...hiks... Itu bukan tentang nembak cewek lewat sms, tapi tentang seorang cowok yang merasakan euforia karena mendapat sms dai cewek yang disukainya.Syabaslah...

Nia Janiar mengatakan...

Gue ngerti kok, Dil. Wkwkwkwkw.