Senin, 15 Agustus 2011

Teknik Puisi: Akrostik

Neni sedang menjelaskan sesuatu

Sabtu lalu (13/08) sesi writers' circle digawangi oleh Neni Iryani yang akan menjelaskan tentang puisi. Berbekal dengan kertas fotokopian, Neni mengenalkan puisi akrostik sebagai teknik dasar pembuatan puisi. Disebut-sebut puisi ini dipelopori oleh Lewis Caroll--pengarang Alice in Wonderland. Puisi akrostik kalimatnya awal/akhirnya dibentuk dari huruf-huruf yang membentuk kata jika dilihat secara vertikal. Contoh awal puisi yang dibentuk dari kata SEA bisa menjadi:

Swift winds skim the shores
Echoes from the deep blue green
As we wave froth dan foam
(Nanka)

selain mengawali, bisa juga diakhiri dari seperti puisi DESA:

Bukanlah untaian sajak dalam dongeng ataupun lakon dalam seribu babaD
Hanyalah mimpi dan harapan yang terbawa angin kala sorE
Tatkala tatap tak lagi terkalang bataS
Dalam Imaji berbalur asa yang tak lagi terukir dalam nyatA

Duduk berdekatan, saling menghangatkan

Kami--dua belas orang penulis--diminta menuliskan puisi akrostik dalam waktu 30 menit. Kata yang ditentukan untuk dibaca secara vertikal adalah nama sendiri--boleh lengkap atau panggilan. Dari semua peserta, beberapa orang mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam membuat puisi akrostik ini. Selain jadi terpaku harus huruf-huruf tertentu, pencarian kosa kata bagi huruf-huruf yang tidak lazim juga sulit, misalnya Q, X, Z, dan lainnya. Kesulitan ini membuat ada beberapa peserta yang tidak menyelesaikan puisinya.

Karena terlalu banyak, saya hanya akan menuliskan salah dua puisi yang dibuat oleh Sabiq dan Sapta sebagai perbandingan untuk melihat akrostik awalan dan akhiran yang mereka tulis:

Akrostik di awal:

Sindikat berpredikat
Angkasa raya
Berbuah negara
Intipan letupan
Quack Quack
(Sabiq)

Akrostik di akhir:

Terlampau luas dosa berbatas tegaS
Degup jantung yang berbait terkait larA
Bertanya, menjawab dan semua tak mampu membuat haraP
Dosakah bila tak memihak karena lidah tercekaT
Terlanjur kecewa! aku bahagia diatas lukanyA

Tidak hanya akrostik, ada teknik lain sebagai pembuatan dasar puisi yaitu mindmap. Misalnya jika kita mau menulis tentang gunung berapi, cari hal-hal yang berkaitan gunung berapi dan bentuklah sebuah mindmap. Namun apapun tekniknya, namun efektivitas kata, rasa, dan jiwa dalam puisi tetap menjadi poin penting agar puisi itu tetap hidup.




Nia Janiar adalah seorang travel writer yang suka jalan-jalan dan menuliskannya untuk berbagai media. Tulisan-tulisan pribadi dan non pribadinya bisa dilihat di http://mynameisnia.blogspot.com/

2 komentar:

Anonim mengatakan...

nice theme! keren ^_^. Huhuhuuu pengen ikutan - devi-w

Nia Janiar mengatakan...

HAYU.