Minggu, 26 Juni 2011

SPOK: Sampah Menanam Celana Robek di Laut

Gila memang judul kalimat di atas. Namun itulah yang kami dapat dalam sesi menulis Sabtu (26/06) lalu. Awal mulanya adalah setiap peserta diberi kertas. Di saat yang sama, peserta harus menuliskan subjek dalam SPOK di bagian atas kertas. Jika sudah, bagian atas kertas ditutup lalu ditukarkan ke teman dan teman itu menuliskan predikat dalam SPOK. Jika sudah, dilakukan cara yang sama seperti sebelumnya hingga bagian keterangan. Apakah kalimat akan relevan? Belum tentu karena setiap orang pasti akan menuliskan hal yang berbeda tanpa mengetahui kata sebelumnya.


Dari empat kertas yang kami buat saat itu (karena ada empat peserta), kami memilih secara acak. Maka keluarlah kalimat 'Sampah menanam celana robek di laut' dan kalimat tersebut harus ada di cerita yang kami buat. Sebenarnya ada kalimat lain yang lebih relevan seperti 'Pelacur melumat orang asing tadi malam' namun kami memilih ini untuk tetap pada yang sudah ditentukan.

Peserta pertama, Rizal, membacakan karyanya. Ia menulis tentang Hara--seorang anak laki-laki--yang memiliki ayah dengan gangguan kejiwaan. Ayahnya sering berhalusinasi bahwa ia tercerahkan oleh sampah yang turun dari langit dan menanam celana robek di laut. Mencoba untuk menghilangkan stress pada kegilaan ayahnya, Hara dan Hendrik, temannya, mencoba liburan ke Pangandaran. Di sana, ia melihat banyak sampah. Singkat cerita, saat sedang berjalan-jalan, Hara melihat "sesuatu". Lalu ia pulang untuk menemui ayahnya dan mengamini bahwa apa yang dikatakan ayahnya memang benar.

Rizal menceritakan tentang seorang anak yang ikut gila juga. Karena, di dunia manapun, tidak ada sampah yang menanam celana robek di laut kecuali di dunia penuh dengan kegilaan, bukan?

Kemudian Sapta memulai ceritanya dengan nuansa khasnya yaitu gelap. Ia menulis tentang Alex yang dari kepalanya terdapat kucuran darah. Alex, entah berada dimana, mencoba memencet sebuah tombol. Beberapa saat kemudian, sebuah tirai terbuka, memperlihatkan layar yang muncul kata-kata 'sampah', 'menanam', 'celana robek', dan 'di laut'. Alex bercerita pada rekannya, Donna, yang merupakan asisten komputer raksasa Allegra. Donna mencoba memberitahukan bahwa mungkin saja kata-kata tersebut adalah sebuah password sebuah matrix. Saat akan memasukkan password, hanya muncul empat kata. Alex memasukkan S-P-O-K dan muncullah rahasia tentang bencana dan kiamat.

Sebetulnya tulisan Sapta ini adalah tulisan serius. Namun bagaimanapun kata-kata 'sampah menanam celana robek di laut' dan SPOK adalah hal yang menggelikan sehingga saya tertawa sepanjang ia membacakan. Lagi-lagi, kalimat ini terlalu absurd sehingga cerita yang dibangun pun bernuansa surealis.

Tokoh Karin dan Lukas dibawa oleh peserta berikutnya, Dani. Kedua tokoh ini diceritakan sedang menerjemahkan 'sampah menanam celana robek di dalam laut' yang tidak ada artinya dan mereka mulai menduga bahwa ini adalah bahasa Cina. Dani beranggapan bahwa bahasa Cina jika salah penulisan, salah pengucapan, atau diterjemahkan secara terpisah, maka artinya akan jauh berbeda.

Kalau saya menuliskan tema ini sebagai cerita fabel. Berkisah tentang Ratu Hutan Bakau yang menyuruh rakyat Hutan Bakau untuk meminta bantuan ke hutan bakau di daerah timur karena kalah jumlah dan akan berperang dengan para sampah yang menanam celana robek di laut. Sampah ini telah mencabuti rumput laut dan menggantinya dengan celana robek sebagai kamuflase. Karena, jika rumput laut habis, maka akan merusak ekosistem hutan bakau. Jika ada si styrofoam yang sulit dihancurkan atau ada sendal yang super elastis, tapi bakau mempunyai batang sekuat tombak dan daun setajam pedang.

Agaknya kalau saya bisa menggambar dan membuat ilustrasi bakau perang dengan sampah gokil juga.

Coba lakukan hal di atas dengan teman-teman sehingga bisa menemukan kalimat-kalimat menarik lainnya. Baiklah, sekian laporan kami. Jika sesi kemarin ditutup dengan canggung, setidaknya bukan pada jurnal ini. Selamat menulis!


Tidak ada komentar: