Minggu, 17 Mei 2009

Mengolah Ide Menjadi Tulisan



Melanjutkan postingan sebelumnya yaitu bagaimana cara menangkap ide dari kehidupan sehari-hari, kini akan saya coba paparkan bagaimana cara mengolahnya. Mengolah ide adalah mematangkan ide yang telah didapat oleh seseorang untuk diperoleh menjadi sebuah cerita tulis (Pranoto, 2007). Terkadang ada beberapa penulis yang mendapat ide kemudian langsung menuliskannya, namun ada juga yang harus mengendapkan terlebih dahulu, misalnya Hamsad Rangkuti yang mengendapkan idenya selama empat tahun.

Ide diolah untuk dijadikan plot cerita. Waktu yang tepat untuk mengolah ide adalah pada saat mood (suasana hati) yang tepat. Karya yang berasal dari mood biasanya lebih bermakna karena menggunakan perasaan ketika menulisnya, namun bukan berarti menunggu mood baik juga. Kalau moodnya tidak datang terlalu lama, penulis menjadi tidak produktif. Selain suasana hati ada juga jam-jam produktif (the golden time for writing). Pada umumnya, jam produktif berada di suasana yang sepi yaitu sekitar pukul 23.00 hingga dini hari. Percaya atau tidak, saya pernah mengalami jam produktif ini. Pernah hampir tiga tahun saya mengalami gangguan tidur tapi saya banyak memproduksi tulisan. Begitu jam biologis sudah berubah, saya hampir tidak menghasilkan karya apa-apa.

Mengolah ide bisa melalui proses yang terstruktur dengan menggunakan 5W (Who, What, When, Where, Why) dan 1H (How). Pedoman 5W+1H bisa menjadi pernyataan-pernyataan untuk menguji atau mengasah ide itu sendiri.

Who - Charaters - Siapa saja pelaku atau tokoh-tokohnya?
What - Conflict - Konflik apa yang akan disajikan?
When - Time - Kapan berlangsungnya cerita itu?
Where - Place - Dimana cerita itu terjadi?
Why - Character's motivation - Mengapa atau motivasi apa yang dimiliki tokoh sehingga ia berbuat sesuatu?
How - Resolve Conflict - Bagaimana menyelesaikan konflik yang ada?

Terdapat langkah-langkah untuk mengolah ide. Caranya sangat mudah dengan sistem kerja yang terarah:

1. Menghimpun Tokoh
- Tokoh tidak harus manusia tetapi bisa binatang, tumbuhan, atau alam itu sendiri. Tokoh pun harus dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung.
- Dalam cerita pendek, usahkan tokoh tidak lebih dari tiga agar penulis bisa fokus terhadap tookoh yang dibuat.

2. Membuat setting cerita
Setting dapat dibuat fiktif atau diambil dari setting yang sesungguhnya. Setting fiktif biasanya digunakan untuk menyajikan cerita kontemporer yang bersifat absurd atau cerita fantasi. Sedangkan setting sesungguhnya, biasanya digunakan untuk cerpen realis, menggunakan kota-kota yang sudah ada seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya.

Salah satu teman saya pernah berkata bahwa kebanyakan penulis Indonesia membuat setting fiktif yang tidak matang. Batasan panjang cerita pendek membuat penulis susah menulis secara detail setting fiktif. Berbeda di novel, J.K. Rowling bisa menulis, mencipta, dan membentuk dunia baru lengkap dengan detailnya sehingga pembaca merasa masuk ke dalam cerita. Pengadaan setting fiktif yang tiba-tiba dan tanpa penjelasan membuat cerita terlihat patah.

3. Konflik dan Peristiwa
Tulis poin-poin penting konflik dari cerita yang akan disajikan. Konflik ini berhubungan erat dengan peristiwa yang disajikan disamping dampak dari perilaku tokoh. Untuk mencipta konflik, ada beberapa tips:
- Konflik akan terasa hidup apabila dilukiskan dengan kata-kata yang kuat, yaitu kata-kata yang mampu mewakili suatu perbedaan yang mengundang perdebatan, argumen, bahkan pertengkaran.
- Konflik tidak cukup dibangun dengan dialog para pelaku dengan sistem sahut-sahutan.
- Konflik bukan berarti buruk walau terjadi pertentangan yang dahsyat.

4. Penyelesaian
Cerita yang menarik harus terdiri dari pembukaan-klimaks-anti klimaks-penutup. Penyelesaian harus dibuat sedalam mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak logis kecuali menulis cerpen yang bersifat absurd.

Mungkin sistem kerja yang terarah jangan sampai membuat menulis sebagai pekerjaan yang kaku. Buatlah sesantai mungkin namun pada jalur yang tepat dimana point-point penting harus masuk ke dalamnya.

Apapun dan bagaimanapun cara menulis Anda, selamat menulis!

sumber: Pranoto, Naning. 2007. Creative Writing: Jurus Menulis Cerita Pendek. Bogor: Raya Kultura

3 komentar:

pandi merdeka mengatakan...

untuk sebuah cerpen mungkin yang akan membuat stun adalah ide.. tapi kalo untuk sebuah novel yang notabene ratusan halaman. kadang pengolahan kata yang bikin stun.. duh .. mesti banyak baca KBBI nih gw #-O

andika mengatakan...

Kehadiran internet juga bisa mengganggu jam biologis. Facebook, blogwalking, dll.

Nia Janiar mengatakan...

Hehe.