Jumat, 15 April 2011

Memeluk dan Memukul Teknologi

Jurnal RL Writers Circle: 31 Maret 2011

Jaman sekarang dimana-mana ada teknologi. Bahkan, sulit bagi kita untuk lari dari teknologi (kecuali bila Anda tinggal bersama suku Baduy :)).

Teman butuh kita, mereka telepon. Butuh gaul, ada Blackberry ama Twitteran. Saat kita tidak punya gadget gaul, teman akan bilang, “Ayo dong beli!”

Pada awal abad ke 17, muncul kata teknologi, berasal dari bahasa Yunani, yaitu technología. Téchnē adalah seni, keahlian, keterampilan. Kata logia berarti ilmu.

Secara umum, teknologi dikenal sebagai penggunaan pengetahuan akan alat, teknik, keahlian, sistem, atau metode pengorganisasian guna menyelesaikan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan.


Dengan info mendasar tersebut, kami, sekumpulan anak muda yang terdampar di kafe Reading Lights, mencoba bercerita tentang teknologi. Kami percaya Dani paling tahu mengenai teknologi maka ialah yang pertama membacakan ceritanya.

“Sepasang kekasih chatting melalui game online. Mereka sadar, kegemaran mereka pada game online membuat mereka jarang bertemu. Maka, kencan pun direncanakan. Namun pada, akhirnya sepasang kekasih ini urung bertemu. Lagi-lagi karena game online.”

Kemudian ada Aga. Saya tidak terlalu mengenalnya tapi saya ingat waktu itu ia pernah ikut di RL Writers Circle. Sama seperti dahulu, ia membacakan cerita berbahasa Inggris, dengan nada suara yang mengguggah pendengar; “Seorang wanita menatap dirinya di cermin. Pipi, bibir, semuanya sudah tak seindah dulu lagi. Keriput wajah menjadi momoknya. Ia ingin seperti dulu lagi, dipuja-puji akan parasnya. Ia membulatkan tekad, sebuah langkah besar dibuat. Ia menelpon dokter bedah plastik, tapi ...”

Saya rasa, gaya penuturan Aga sangat terpengaruh oleh tayangan E! Channel dan Sex and the City. Detail ceritanya kuat dan ada kesan centil.

Ketiga, ada Nia yang membacakan ceritanya; “Ajisaka tengah dalam pelarian. Cakrabirawa berhasil mengepungnya dalam sebuah gudang. Tidak ada jalan keluar. Untungnya, Ajisaka punya akal mulus. Berbekal pengetahuannya, listrik diubahnya menjadi senjata mahadaya”
Saat itu, Nia menulis cerita yang pendek namun kuat unsur science-nya. Sebab, sang tokoh utama menang dengan cara McGyver.

Sapta membawa kami ke masa depan:
“Dua remaja tengah bermain dengan berbagai gadget yang canggih. Namun, sebuah benda dari masa lalu membuat mereka terpesona. Sebuah bola kaca digoyahkan, maka salju-salju didalamnya turun perlahan dengan anggunnya. Mereka tak pernah melihat salju.”

Farida datang di tengah sesi menulis. Awalnya, ia tak mau menulis. Pada akhirnya, Farida berhasil membuat tiga paragraf singkat mengenai pacar virtual.

Saya menulis mengenai sepasang kekasih yang dikalahkan kota.
“Pak Sarapan dan Bu Camilan datang ke kota berbekal gula aren dari desanya. Dengan ketekunan, mereka kaya raya. Namun, televisi, penyanyi dangdut seksi, dan bedah plastik menghancurkan ikatan cinta mereka.”

Agee menulis sebuah pandangan analitis mengenai lansekap; “Lansekap adalah bagaimana kita menata ruang, menyesuaikan kontur dan keadaan tanah sesuai peruntukkannya. Lahan pun dapat menjadi kuas seni. Di Jepang, varietas padi yang berwarna warni dimanfaatkan untuk membuat gambar raksasa di pematang sawah.”

Sesi menulis kali ini ditutup oleh kisah Aji mengenai penciptaan tiga benda yang dapat mengabadikan berbagai imajinasi dan pemikiran, yaitu tinta, bulpen, kertas.

Sampai di akhir sesi menulis, kami berdiskusi mengenai teknologi. Ternyata, cukup sulit juga membuat satu kesimpulan karena teknologi menciptakan banyak kemungkinan.



Yuliasri Perdani. Peserta yang jarang datang karena kini ia sering berada di ibukota sebagai reporter.

3 komentar:

ifa hanifah mengatakan...

comment-ku : I wish I could discuss surrounding all of U, guys...

dewa setiawan mengatakan...

teknologi akan terus berkembang, semoga kita terus dapat mengikutinya
http://dewasetiawan.blogspot.com
mampir y friends..

Reading Lights Writer's Circle mengatakan...

@Ifa: Ayo, mari bergabung bersama kami! :)

@Dewa: Amin!