Kamis, 23 Desember 2010

Menengarai Sisi Jasmani

Sore itu, tanggal 11 Desember 2010, saya datang lebih cepat di Reading Lights karena latihan panahan yang saya jalani setiap hari Sabtu juga selesai lebih cepat dari biasanya. Saat pertemuan Writers'Circle dimulai beberapa lama kemudian dengan pencarian tema, saya mengajukan usulan untuk menulis tentang keadaan fisik seorang tokoh; salah satu alasannya (yang tidak saya sebutkan saat itu) adalah karena saya terbiasa melakukan latihan fisik yang cukup berat sebagai pemanasan sebelum mulai berlatih panahan, dan saya teringat bahwa kreativitas pikiran saya cenderung tersumbat selama seminggu penuh jika saya terpaksa melewatkan latihan fisik akhir minggu tersebut. Selain itu, saya melihat adanya kecenderungan di kalangan penulis untuk memusatkan perhatian pada sisi perasaan, pikiran, dan rohani tokoh-tokoh mereka sementara melupakan pengaruh kelebihan dan kekurangan jasmani terhadap kepribadian tokoh-tokoh tersebut. Singkat kata, tema itu akhirnya diterima setelah penjelasan dan diskusi yang cukup alot tetapi juga menghasilkan "pemanasan" yang baik sebelum menulis, paling tidak bagi saya pribadi.

Saat waktu penulisan hampir berakhir, Nia mendapat panggilan telepon tentang suatu janji penting lainnya yang harus ia tepati di sore itu, jadi kami mendaulatnya untuk memulai pembacaan karya sebelum ia meninggalkan pertemuan. Ceritanya yang pendek tetapi padat mengisahkan seorang pemuda yang menggunakan kelainan kulitnya untuk berpura-pura menjadi makhluk halus dan menakuti sekelompok pembalak liar di kawasan hutan yang dijaganya.

Giliran pembacaan kedua diambil oleh Sapta. Tulisannya menceritakan sepasang pengantin baru yang melakukan bungee jumping sebagai bagian dari upacara pernikahan mereka, tetapi sayangnya si pengantin pria sangat berotot, sehingga bobotnya terlalu berat dan tali bungee yang mereka pakai putus. Gaya khas Sapta yang sarkastis sangat kental dalam cerita ini.

Lalu, Neni menceritakan seorang ibu hamil yang nekat melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga sebagai bentuk "olah raga" untuk kesehatannya sendiri dan bayinya. Sayangnya, saat melakukan salah satu kegiatan "olah raga" ini--yaitu mendoring kereta belanja yang berat saat sedang berbelanja di sebuah pasar swalayan--wanita ini berpapasan dengan suaminya yang sedang bercengkerama bersama wanita lain.

Berikutnya, Andika--yang baru datang setelah Nia pergi--menulis tentang guru kimia yang memiliki suara kecil dan tak berwibawa sehingga ia terus menjadi bulan-bulanan muridnya.

Saya sempat bingung karena ada beberapa gagasan cerita yang muncul di kepala saya hingga saya terpaksa memilih secara acak. Hasilnya, saya menulis tentang seorang malaikat yang dibuang dari surga karena tingkah lakunya terlalu manusiawi, tetapi begitu sampai di dunia manusia ia menjadi sakit-sakitan karena tak terbiasa menghirup udara yang telah dikotori dosa-dosa dan niat buruk manusia.

Pertemuan kali ini juga diwarnai oleh kedatangan seorang anggota baru bernama Purba, yang sayangnya belum dapat menulis secara optimal karena ia datang saat pembacaan karya-karya lain hampir berakhir dan akibatnya ia tidak mendapat waktu menulis yang memadai. Untungnya, sekarang ia sudah mengetahui tempat dan jadwal RLWC, jadi kami semua berani berharap bahwa lain kali ia akan datang lagi dan menambah kekayaan RLWC dengan gaya khas penulisannya.


- Pradana P. M.

Tidak ada komentar: