Pernahkah Anda menonton film fiksi ilmiah Minority Report yang dibintangi Tom Cruise? Atau bahkan membaca cerita pendek tulisan Philip K. Dick yang mengilhami film tersebut? Tema penulisan Reading Lights Writers'Circle (RLWC) pada tanggal 19 Desember 2009 ini agak mirip dengan gagasan dasar cerita tersebut, walaupun diwarnai oleh suasana liburan akhir tahun. Pendek kata, masing-masing peserta diminta menuliskan suatu cerita tentang pengalaman yang mungkin akan mereka dapatkan selama masa liburan Natal dan Tahun Baru di penghujung tahun 2009 ini.
Indra, Marty, dan Anggi
Ki-ka: Andika, Wahyu, Hakmer, Dani
Indra mengawali pembacaan karya dengan suatu cerita yang menyentuh. Dalam cerita ini Indra--yang tidak dapat menikmati liburan karena terpaksa bekerja lembur di akhir tahun--menerima panggilan telepon dari ibunya di rumah. Pada awalnya ia agak kesal karena iri dengan ibunya yang selalu bisa menikmati liburan sebagai seorang ibu rumah tangga yang tidak perlu bekerja di kantor, tetapi tak lama kemudian ia sadar bahwa pekerjaan ibu rumah tangga adalah suatu pekerjaan dua puluh empat jam yang tidak memberikan kesempatan apapun untuk libur atau cuti. Akhirnya ia dapat merasakan hangatnya kebersamaan keluarga walaupun hanya lewat pembicaraan lebih lanjut di telepon dan renungan tentang kenakalannya sendiri dalam suatu liburan keluarga saat ia masih berusia tujuh tahun. Cerita ini berisi cukup banyak baris dialog, dan belakangan Indra menyatakan bahwa pengalamannya di RLWC selama ini membuatnya lebih mampu dan berani dalam menulis cerita seperti itu (dibanding dengan cerita-ceritanya dulu yang relatif lebih miskin dialog).
Berikutnya, Marty menulis tentang liburan yang dihabiskannya dengan membaca di kamarnya sendiri dan merajut syal untuk ayahnya; salah satu alasannya untuk tidak keluar rumah dalam liburan ini adalah salah satu liburan sebelumnya yang sedianya akan menjadi liburan romantis bersama pacarnya tetapi malah berubah menjadi bencana.
Anggi menceritakan suatu perjalanan ke Kalimantan sebagai penerjemah untuk seorang peneliti orangutan. Di tengah perjalanan ini Anggi (atau paling tidak tokoh penggantinya dalam cerita) nekat terjun ke sungai untuk menolong seseorang yang nyaris tenggelam ditarik oleh siluman buaya yang bergentayangan di sungai itu, tetapi sayangnya ia malah ikut mati tenggelam dan dikirim pulang dalam peti mati bersama orang yang tidak dapat ditolongnya itu. Anggi membaca cerita ini dengan nada yang ceria sehingga menimbulkan kesan ironis yang lucu tetapi juga membawa semacam humor gelap.
Bagaimana dengan Nia? Ceritanya mengulas rentang waktu tiga hari (24-26) Desember yang dilewatkannya dengan sebuah maraton gosip--pertama-tama dengan para rekan kerjanya di sebuah warung seafood, lalu dengan teman-teman SMPnya di kafe Kopi Ireng dan sebuah tempat karaoke, kemudian dengan para koleganya dari majalah online RuangPsikologi. Tak ayal beberapa tema psikologi dan filsafat (yang tentunya berkaitan erat dengan gosip!) ikut terbawa dalam cerita ini.
Saya tidak mendapat inspirasi dari liburan akhir tahun ini karena saya belum bisa memperkirakan apa yang akan saya lakukan selama liburan tersebut, jadi saya memilih untuk "banting setir" dan menulis cerita khayal tentang seorang perwira kavaleri yang tidak lagi dapat menikmati liburan di akhir tahun 2015 akibat perang saudara di Indonesia setelah pemanasan global melelehkan setengah es Kutub Selatan pada malam natal 2012 dan menyebabkan kekacauan di seluruh dunia. Banyak pertanyaan yang muncul tentang latar dan penokohan cerita ini karena sejujurnya saya belum sempat memikirkan setiap rincian dan cerita inipun sebenarnya dimaksudkan sebagai suatu cara untuk menjajaki pilihan-pilihan yang mungkin saya ambil seandainya saya ingin mengembangkannya lebih lanjut. Latar cerita ini (yang sebagian besar fiktif) sempat menuai protes dari Indra yang awalnya mengira bahwa kami benar-benar harus menulis tentang hal-hal yang benar-benar mungkin terjadi dalam liburan akhir tahun 2009 ini.
Hakmer bercerita tentang lima janji yang dibuatnya kepada dirinya sendiri untuk tahun baru 2010: lebih rajin pergi ke gereja, hidup sehat, kuliah dengan lebih serius, menjadi "lebih dan lebih," dan mencari pacar baru. Lalu ia membeberkan rincian tentang masing-masing janji dan kegagalannya dalam memenuhi janji-janji tersebut--kecuali janji keempat yang dapat diartikan gagal memenuhi niat tahun baru dengan lebih tragis.
Cerita Wahyu mengangkat liburan ke pantai yang dimulai dengan berbagai macam rencana (termasuk menyewa penari telanjang) tetapi berakhir datar, tak kurang karena rasa malu dan segan antara teman-teman (dan bahkan kakak-beradik) saat mereka hendak menjalankan rencana-rencana gila mereka.
Andika membawakan cerita tentang perjalanan yang terpaksa dilakukannya ke Magelang untuk mengenalkan calon istri kakaknya kepada neneknya. Perjalanan ini harus dilakukannya dengan cepat karena calon istri kakanya itu ternyata sudah terlanjur hamil muda, sehingga sang kakak harus cepat-cepat menikah sebelum tersebar kabar miring. Naasnya, sang nenek ternyata tidak begitu berkenan dengan kurangnya bibit, bebet, dan bobot calon cucu menantunya; bahkan bujukan dari cucu yang paling disayanginya (Andika) tidak begitu berhasil dalam melunakkan hatinya. Akhir cerita ini "dipelintir" dengan manis saat tokoh Andika mengungkapkan bahwa mungkin ia menjadi cucu tersayang karena ia tidak akan membawa seorang wanita ke dalam keluarga besarnya--apapun maksudnya itu!
Secara resmi, pertemuan kali ini berakhir cepat karena para peserta RLWC harus segera berangkat untuk menghadiri resepsi pernikahan seorang staf Reading Lights. Saya baru mengetahui adanya resepsi ini tak lama setelah pertemuan dimulai, jadi saya tidak sempat berganti pakaian untuk memberikan kesan yang lebih formal; tetapi paling tidak nasib saya tidak setragis Hakmer yang sama-sama baru diberitahu tentang resepsi ini dan terpaksa mengenakan sandal jepitnya karena ia tidak membawa alas kaki lain. Di sisi lain, Andika mengganti bajunya dengan setelan jas yang membuatnya menjadi pusat perhatian, bahan pembicaraan, dan korban hujatan saat kami sedang bersiap-siap sebelum berangkat. Salah satu penyebabnya adalah potongan jasnya yang aneh--bagian depannya memiliki dua baris kancing (double-breasted) yang seharusnya dipasangkan dengan sepasang bukaan samping di dasar punggung jas, tetapi pada nyatanya hanya ada satu bukaan tengah (center slit) yang lebih cocok dengan jas yang hanya memiliki sebaris kancing (single-breasted) sehingga jas tersebut terasa agak sempit dan canggung saat Andika sedang duduk. Mungkinkah ada seseorang yang akan menceritakan kekeliruan potongan jas ini seandainya saya sempat mengetahuinya dan mengemukakannya sebelum kami mulai menulis?
Pradana Pandu Mahardika memiliki prinsip 'Kalau tidak ada acara, saya akan selalu datang ke Reading Lights Writer's Circle'. Laki-laki yang pernah berkata bahwa ia tidak menyukai pergi dengan para anggota suatu group lalu membicarakan hal di luar konteks group (misalnya hal-hal personal) ini memiliki kompulsi membeli buku fiksi dan non fiksi. Sudah bisa ditebak kalau ia memiliki koleksi buku banyak sekali.
1 komentar:
Hahaha, kesannya gw jelek banget di postingan ini.
Posting Komentar