Kamis, 13 Agustus 2009

Movie Week: Bad Education (2004)

Sutradara: Pedro Almodóvar
Penulis: Pedro Almodóvar

Dua sahabat, Ignacio dan Enrique yang bersekolah di sebuah sekolah biara katolik, saling menemukan cinta pada tahun 60an. Romo Manolo, biarawan, kepala sekolah, dan guru literatur mereka, menyadari ketertarikan antara dua anak ini. Ia cemburu karena dirinya sendiri tertarik secara seksual terhadap Ignacio dan berniat untuk mengeluarkan Enrique dari sekolah itu, dengan tuduhan menjadi "bad education" untuk Ignacio. Dalam usahanya untuk memepertahankan orang yang disayanginya, Ignacio bersedia melakukan apa saja untuk sang biarawan, agar Enrique tidak dikeluarkan. Ternyata setelah Igancio rela dilecehkan, sang biarawan tetap mengeluarkan Enrique.


Kurang lebih 20 tahun kemudian, kedua sahabat ini bertemu kembali. Enrique yang telah menjadi sutradara film terkenal, dikunjungi oleh seorang aktor asing yang mengaku sebagai sahabat sekolah dan cinta pertamanya, Ignacio. Ignacio membawa sebuah naskah cerita yang bercerita tentang cinta, cita, dan penderitaan mereka semasa sekolah dulu. Siksaan fisik dan seksual yang mereka dapatkan dibawah tangan Romo Manolo, kisah fiksi (harapan Iganacio) tentang pertemuan mereka setelah sekian lama berpisah, semuanya ada di dalam naskah tersebut.


Enrique sangat ingin mengadaptasi cerita Ignacio menjadi sebuah film. Tapi Ignacio memberi syarat, Enrique boleh membuat film itu, asal dia diberi peran sabagai Zahara, alter-ego Ignacio. Zahara digambarkan sebagai seorang transeksual yang mengimitasi Sara Montiel – seorang bintang besar pada tahun 40-70an. Enrique yang merasa Ignacio terlalu maskulin untuk memerankan Zahara, menolaknya. Hal ini membuat Ignacio marah dan pergi. Sepeninggalan Ignacio, Enrique merasa Ignacio yang dia cintai dengan Ignacio yang menemuinya adalah orang yang sangat berbeda. Maka, ia pergi ke desa kelahiran Ignacio dan menemukan bahwa ...

Wah saya ngelantur terlalu banyak neh. Saya tidak mau menceritakan terlalu banyak. Lebih baik bila kamu menonton sendiri filmnya dan menikmatinya sendiri seperti kami menikmatinya pada Sabtu lalu. Kamu akan mendapatkan pengalaman yang berbeda saat menyaksikannya, terutama karena film ini bukan film Hollywood. Saya sendiri sudah banyak membaca fanfic yang dibuat berdasarkan film ini. Menontonnya secara langsung merupakan pengalaman yang menggetarkan buat saya.

Film yang disutradarai oleh Pedro Almadovar ini mempunyai sinematografi yang indah dengan warna-warni yang cerah khas negara-negara latin yang panas dan ceria. Setting kota Madrid yang penuh dengan gedung tua, biara, tembok-tembok berwarna-warni yang berkolasekan pecahan gelas, genting dan kaca, memberikan kesan yang indah dan sedikit sendu dalam film ini. Alur cerita film ini agak berbeda, dimana beberapa bagian berupa flashback yang dipaparkan dalam bentuk proses film yang sedang digarap Enrique. Namun beberapa bagian merupakan kisah nyata yang terjadi dalam kehidupan setiap tokoh yang terlibat. Beberapa fiksi dan beberapa nyata (dalam dunia film ini tentunya).

Sebenarnya saya tidak menonton bagian awal dari film ini (yang harus saya bayar dengan membuka youtube setelahnya) dan saya masuk tepat pada saat tokoh Zahara yang diperankan dengan luar biasa oleh Gael Garcia Bernal sedang memberikan oral seks pada seorang pemuda. Unsur seksualitas yang digambarkan di film ini disajikan seadanya, tanpa melebih-lebihkan atau mengindah-indahkan seperti film-film Eropa lainnya.

Salah satu adegan terindah adalah saat Igancio cilik menyanyikan lagu Moon River dan The Gardener. Sebagai orang yang berlatih dalam menyanyi klasik, adegan itu benar-benar menggetarkan jiwa dan hati saya. Benar-benar sempurna, terutama karena kedua lagu tersebut cukup beriringan dengan ceritanya. Moon River yang menceritakan tentang kebahagiaan masa kecil yang polos dan The Gardener tentang kecintaan Sang Pencipta terhadap ladang yang dia pelihara dan mengharapkan hanya buah-buah yang terbaik yang dihasilkan. Begitu menyentil kehidupan sang biarawan, Romo Manolo.

Namun untuk saya sendiri tema tentang transeksual yang terpuruk, menjadi junkie, bangkrut, dan dibenci oleh orang-orang terdekatnya – seperti yang diusung dalam film ini - cukup melelahkan. Banyaknya penggambaran seperti itu membuat saya ingin melihat film-film tentang transeksual yang berhasil dan berbahagia dalam hidup mereka, seperti To Wong Foo, Thank You for Everything atau Priccilia, Queen of The Desert. Namun bukan berarti saya tidak menyukai film ini, saya suka film ini dan memberikan rating 4 dari 5 point untuk film ini (2 point untuk tema transeksual terpuruknya :p).


Teman-teman yang menonton bersama saya juga boleh dikatakan cukup menyukai film ini dan memeberi rating 3-4 point. Kekurangan-kekurangan yang kami rasakan hingga tidak memberi nilai sempurna yaitu: plot dan jalan cerita yang terlalu cepat berubah dari ceria menjadi kelam, ending yang terasa terlalu datar setelah emosi yang terus diangkat oleh film ini sehingga membuat film kurang mengigit. Beberapa teman merasa seksualitas film ini tidak penting, hal yang bisa dilewat atau dihilangkan, karena tidak mengeksplor hubungan dari tokoh-tokoh utama di film ini.

Semua itu adalah pendapat pribadi yang berbeda-beda dan mungkin akan berbeda lagi dengan kamu yang menonton film ini. Namun satu hal yang pasti dan hingga sekarang saya renungkan adalah saat teman nonton saya, Andika, mengatakan bahwa ada sesuatu yang lebih dari film ini hingga seorang genius seperti Pedro Almodovar harus menghabisakan 10 tahun untuk mempersiapkan film ini. Apa karena temanya yang sangat sensitif dalam hal religi mengingat Spanyol adalah negara pemeluk katolik yang cukup fanatik dan Almodovar sendiri merupakan pengikut setianya? Sampai saat ini saya belum tahu. Namun film ini adalah film yang wajib anda saksikan untuk yang jenuh dengan kebohongan Hollywood dan dominasi film Indonesia yang CAPEEE DEEEEHHH ...

with Love,
Siluman Rubah Regie


P.S.
Untuk info lebih dalam tentang film ini, kunjungi situs resminya.

2 komentar:

andika mengatakan...

Sekali-kali elu yang megang movie week, dong Reg.

ludvy4life mengatakan...

Ne nonton dimane ?, boleh pinjem filmnya ?