Sesi sharing |
Pada awalnya, Marwan bercerita tentang karya yang sedang ia kerjakan dan akan ditawarkan pada penerbit. Ia memperlihatkan tentang hak cipta, ulasan per chapter, serta sinopsis cerita secara keseluruhan. Contoh sinopsis cerita itu bisa kita lihat di bagian belakang buku. Menurut Marwan, semakin pendek (misalnya lima hingga delapan baris) dan semakin to the point, maka akan semakin mudah mendapatkan perhatian penerbit . Jangan lupa memberi tanda (seperti bold) pada kata kunci dalam sinopsis.
Dari komik yang diperlihatkannya, Marwan memperlihatkan sebuah gambar yang menggunakan panel. Maksudnya agar pembaca bisa lebih fokus dan ada efek perubahan (morphing effect). Dalam karya visual seperti komik, untuk membuat sebuah efek seperti itu bisa dilakukan dengan membuat panel. Sementara di film bisa menggunakan lensa. Lalu bagaimana di novel? Tentunya permainan kata-kata dalam penggambaran, punch line, atau juga ketegangan (suspense) dapat menggambarkan efek perubahan atau efek fokus pada cerita.
Contoh kerangka karangan yang sistematis dan terogranisir |
Marwan memiliki dua plot utama dengan beragam sub-plot di dalam karyanya. Sub-plot ini cerita yang paralel dengan cerita utama yang bisa dijadikan hook dan twist. Cara agar keseluruhan ceritanya tetap berhubungan bisa dilakukan dengan menggunakan timeline, membuat kerangka karangan yang sistematis dan terorganisir. Justru kerangka karangan ini merupakan hal yang penting karena merupakan fondasi dari sebuah cerita dan tentunya agar tidak melebar kemana-mana. Dan hal yang terpenting dari membuat sebuah cerita adalah ketahui dulu akhir ceritanya.
Membangun cerita fantasi tidak mudah karena harus menciptakan sesuatu yang baru namun setting atau karakter harus terasa masuk akal. Maka penulis harus membuat cerita yang detil tetap melakukan riset jika ingin membawa isu tertentu. Marwan sendiri melakukan riset dengan membaca Al-Quran dan Injil untuk ceritanya ini.
Untuk karyanya, Marwan bisa membuat hingga 18 tokoh dengan karakter tersendiri. Wah, bagaimana caranya agar karakternya tetap kuat dan tidak membingungkan membaca? Untuk hal tersebut, Marwan memilih untuk membayangkan tokoh dengan karakter yang dekat dengan kesehariannya seperti teman atau orang-orang yang pernah dikenalnya. Setelah dari itu, ia hanya menambahkan detil-detil lainnya misalnya bagaimana tokoh berperilaku dan berkata di beragam situasi dan seterusnya. Agar lebih realistis, tentu tokoh tidak melulu memiliki sifat baik. Ia harus memiliki sifat buruk agar tetap terlihat lebih manusiawi.