Rabu, 19 Januari 2011

Demi Keselamatanmu, Bacalah Ini

Sabtu, 15 Januari 2011

Kepada Yth.
Seluruh manusia fana
di tempat

Halo,

Aku kirim surat ini agar kau tahu bahwa harimu sudah dekat. Aku sudah tahu rencananya, aku sudah mengetahuinya, maka aku akan mengingatkanmu untuk bersiap.

Aku ceritakan sedikit agar kau tidak kaget. Saat ini, salah seorang dari mereka yang bernama Sapta, bilang bahwa ia mendapat ide dari Farida Susanty untuk menulis surat yang ditujukan kepada seseorang yang besok pasti mati. Bacalah surat ini sampai habis, agar kau mengerti, agar kau bersiap-siap, karena mungkin kau yang menjadi target mereka selanjutnya.

Kuberi petunjuk contoh-contoh surat yang mereka buat selama 40 menit. Dibalut oleh kata-kata yang dirangkai dengan baik namun tidak bisa menyembunyikan kegetiran tentang kematian itu sendiri. Begini kronologis pembacaannya:

1. Nia bercerita tentang seorang perempuan mengirim surat yang berisikan tentang rencana pembunuhan. Perempuan itu membuat kisah manuskrip palsu untuk membuat Sakti (teman perjalanannya) mau menghabiskan 10 bulan bersamanya untuk mencari manuskrip yang tidak pernah ada. Karena tokoh akan diperistri dan tentunya akan ia akan merindukan Sakti di malam-malam nanti, ia merencanakan sebuah penembakan Sakti di perbatasan timur Papua. Dalam kondisi sekarat, Sakti membaca surat ini yang ditujukan kepadanya.

Salah satu dari mereka, Sapta, terdistrak oleh rima yang tujuan awalnya sengaja dibuat untuk kesan dramatis. Dani sempat salah tangkap bahwa manuskripnya ada di Papua padahal Papua hanyalah tempat mereka bersinggah saja. Sisanya mungkin baru sadar isi surat di atas setelah ada penjelasan bahwa itu adalah sebuah rencana pembunuhan.

Kau bisa mengecek petunjuk selanjutnya di sini.

2. Dani, yang seperti membuat buku self-destruct, menuliskan cara-cara membunuh dalam sebuah surat yang dituliskan oleh tokoh utama: menarik pelatuk senapan jarak jauh dari semak-semak pegunungan dimana target berada di dalam rumah dan sudah tepat posisinya, target dipotong dengan beragam pisau dapur yang dimilikinya, disetrum pisau cukur, racun yang dititipkan lewat pipa air, asap dari knalpot, dan lainnya.

Menarik pada awalnya tapi detail yang banyak membuat agak membosankan. Kau harus paham ini, manusia. Detail kadang tidak terlalu penting.

Lalu ia menceritakan lagi sebuah cerita yang dianggap lebih bisa dinikmati. Ia bercerita tentang seorang penguntit yang membuat surat sebagai tanda peringatan kepada orang yang sedang dicintainya karena akan dibunuh oleh beberapa orang yang tidak jelas. “Aku tak memintamu untuk menghargaiku, apalagi menjawab cintaku. Tetapi larilah. Bersembunyilah. Selamatkan dirimu, yang kuhargai lebih dari apapun di dunia ini.”

3. Lalu, salah satu peserta mereka yang termuda—Ryan—membuat cerita tentang dua orang yang bersahabat selama 40 tahun, menganalogikan diri mereka sebagai dua raja yang memerintah sebuah kerajaan, yang walaupun pernah saling mencaci maki dan mengeluarkan seluruh pengetahuan tentang kata-kata hina, mereka tetap saling menyayangi. Diceritakan tentang perasaan walaupun saling berjauhan tapi masih merasa berada di sampingnya. Sang sahabat menuliskan surat ini ketika sudah tiba saatnya sebuah kerajaan kehilangan salah satu rajanya.

Mereka mencium aroma homoseksual di sini karena hubungan persahabatan mungkin tidak sebegitu terobsesinya.

Tetaplah membaca, mungkin kau menemukan petunjuk lainnya.

4. Terselip sebuah cerita manis yang dituliskan oleh Rizal. Dibuka dengan kalimat “mendaki gunung adalah simulasi masuk surga”, ia berkisah tentang dua orang sahabat yang suka mendaki gunung dan berbagi tentang pengalaman keindahan hingga salah seorang sahabatnya terbaring di rumah sakit karena kecelakaan di flyover Pasupati. Sudah 3 bulan si keluarga sahabat berusaha untuk memperpanjang nyawanya dengan mesin sementara ada obsesi mereka berdua yang belum tercapai yaitu mendaki gunung selatan. Cerita dengan manisnya ditutup, “Mungkin jika sudah dicabut oksigenmu, kamu bisa pergi ke gunung selatan sendirian tanpa perlu didampingi.”

Gunung dan bromance agaknya mengingatkan mereka pada film Brokeback Mountain. Bagaimanapun, cerita ini manis adanya dan emosi sedihnya sungguh terasa.

5. Dengan tidak biasa, Andika membuka ceritanya dengan seorang tokoh yang suka bermimpi jika ada yang mau meninggal dan kali ini mantan pacarnya, Yudi, yang mengunjungi mimpinya. Yudi ini digambarkan sebagai sosok yang tidak disukai oleh tokoh utama. Tokoh utama mencibir tentang Yudi yang broken home dan tidak lulus kuliah. Dunia Yudi bagai gudang sempit yang penuh kotoran yang didalamnya penuh tikus-tikus. “Memutuskanmu adalah hal terbaik yang pernah kualami. Kini kuucapkan selamat karena selamat tinggal dan sampaikan salamku kepada Tuhan.” ujar tokoh utama.

Awal cerita yang tidak biasa, surat diisi dengan metafora yang baik, dan klimaks pada akhir cerita. Hari ini milik Andika.

6. Fasilitator kali ini, Sapta, bercerita tentang Nada Astina—seorang pemahat patung—yang memiliki kegemaran berbicara dengan orang asing ketika ia sedang berpergian ke Yogyakarta dengan menggunakan kereta. Di sana ia bertemu dengan wanita setengah baya bernama Retno yang tidak menikah karena 25 tahun yang lalu, wanita ini divonis dokter tidak akan berumur panjang. Dengan alibi tidak ingin menyakiti dan meninggalkan orang yang disayangi, maka ia memutuskan untuk hidup sendiri. Sayangnya, vonis 25 tahun yang lalu itu tidak terbukti dan ia masih hidup sampai sekarang sehingga ia agak menyesal karena percaya vonis dokter.

Menutup ceritanya, Sapta menulis begini:
“Di depan peron, Nada disambut oleh keluarga besarnya. Ibu, bapak, dan kelima adiknya. Berlarian berebut memeluk Nada, air mata berhamburan di mata mereka, Nada berusaha menahan tangis. Sayang, Nada tidak berhasil menepati janjinya. Janji untuk air mata yang tak akan jatuh lagi dari sudut matanya, air mata yang sudah kering beberapa bulan lalu saat vonis dokter menyatakan dirinya tidak akan berumur panjang dan esok adalah batas hari itu. Hari ini Nada melihat kenyataan bila vonis itu hanyalah diagnosa, hanyalah dugaan manusia. Dokter bukan Tuhan. Harapan itu ada. Ibu Retno adalah buktinya.

Hari ke dua Nada di Jogja tangisan keluarga Nada kembali terdengar, bahkan lebih kencang, kala itu Nada menepati janjinya untuk tidak menangis..

Tapi memejamkan mata untuk selamanya.”

Kau tahu, kalian para manusia, bahwa twist yang disajikan Sapta kali ini begitu lembut dan tidak patah karena penjelasan menuju akhir ceritanya cukup baik dan klimaks tetap terjaga hingga akhir.

7. Dini membuat surat perpisahan berdasarkan kisah nyata. Ia memberikan surat ini untuk Sammy, yang belakangan diberitahu bahwa itu adalah sebuah handphone Siemens yang diganti menjadi Nokia. Dini menceritakan dan memperlakukan seolah-olah itu adalah seorang manusia.

Mereka sudah menyangka bahwa tokoh yang ditulis Dini bukanlah orang tapi seekor hewan atau sesuatu, tapi siapa yang menyangka bahwa Dini menulis surat untuk handphone yang sudah musnah karena terjatuh saat menunggang kuda?

Apakah kau sudah membaca polanya bahwa setiap orang yang membaca surat di atas akan mati esok harinya? Ada kata-kata terakhir? Jika tidak, kini tengoklah ke belakang, mungkin ada seorang perempuan yang akan menikammu perlahan-lahan.


Salam,


Nia Janiar

Sabtu, 15 Januari 2011

Merekayasa Dongeng


Sabtu, 08 Januari 2011. Akhirnya setelah sekian lama saya telah kembali ke komunitas menulis ini, tidak terasa sudah setahun saya bersama dengan mereka. Ketika saya datang Andika, Rizal, dan Dani sudah hadir di RL bagian depan. Mereka menyalami saya selamat tahun baru (itu yang saya ingat). Tak lama kemudian Dani menyuruh kami berempat untuk cepat naik, tak lain alasannya karena datangannya Nia. Mungkin Nia dan Dani merupakan musuh bebuyutan, tak heran Dani datang dengan membawa busur panahnya. Rupanya hari itu Reading Lights cukup penuh, karena di tempat bagian belakang—tempat yang biasa kami menulis—dipenuhi oleh komunitas lainnya. Akhirnya kami memutuskan untuk ke lantai atas sebagai markas besar komunitas menulis kami. Tak apalah walapun hanya lima orang, markas besar tetap markas besar.

Dari lima orang yang hadir, hanya dua orang yang primitif yang menulis dengan buku dan bolpen, sedangkan sisanya dengan laptop. Tapi ternyata tidak, Dani berbaik hati untuk menulis secara primitif juga. Tibalah kami pada sesi mencari topik dan tentu saja ini adalah sesi yang tersulit karena topik itu sulit ditentukan. Akhirnya saya sabagai pemimpin (maunya) mengajukan topik rekayasa dongeng dan cerita rakyat. Hal ini muncul di pikiran saya karena saya baru saja membaca buku yang berjudul The Book of Lost Thing yang juga menceritakan sebuah cerita dan dalam cerita tersebut dimasukan unsur-unsur dongeng. Mereka semua setuju, akan tetapi ada suatu hambatan yaitu bahwa pengetahuan kami terhadap dongeng tidak begitu “tinggi”.

Setelah sekian lama (saya skip waktu menulisnya karena memang makan waktu yang cukup lama) menulis, akhirnya kami tiba pada sesi membaca. Oh, perlu diketahui bahwa Sapta dan Uli datang di tengah-tengah kesibukan mereka (walapun saya tidak yakin mereka sibuk). Nia menjadi orang pertama yang membacakan karyanya tentang Sangkuriang. Nia mengubah cerita ini menjadi incest yang benar-benar terjadi antara Sangkuriang dan ibunya, sedangkan sang anjing memiliki keturunan lain setelah kabur dari Sangkuriang. Akhir dari kisah ini adalah anak hasil hubungan Sangkuriang dan ibunya terluka dan dimakan oleh keturunan dari anjing—sang ayah Sangkuriang.

Berikutnya Sapta yang menjadi orang kedua yang membacakan karyanya. Terlihat gayanya disini—sadism—Sapta mengambil cerita Timun Mas sebagai rekayasanya. Akan tetapi disini yang diceritakan adalah tentang keturunan Timun Mas yang ke-7 yang sangat ambisius, sehingga dia berniat mengangkat Buto Ijo yang tenggelam ke permukaan laut untuk membuktikan kepada dunia bahwa Buto Ijo itu ada. Tragis nasib sang keturunan, atau memang sengaja dibuat tragis, dan sepertinya memang sengaja dibuat tragis oleh Sapta, sehingga ketika bangkai Buto Ijo mencapai permukaan laut dan ditaruh di daratan. Buto Ijo kembali bangkit dan memakan keturunan Timun Mas ini, dengan sumpah serapah, dan Sapta menggambarkan dimakannya keturunan Timun Mas ini seperti kita memakan kacang. Dan itulah cerita sadis Sapta. Hati-hati dengan orang ini.

Dan kali ini adalah giliran Andika yang ternyata mengambil Timun Mas juga. Cerita Andika me-modernisasi cerita Timun Mas dengan mengganti dengan ayah Timun Mas adalah seorang arsitek terkenal yang berselingkuh dengan pembantunya sehingga menghasilkan anak dan istrinya yang merupakan seorang sastrawan. Pada awalnya mereka menolak anak tersebut, akan tetapi karena mereka menginginkan anak itu, maka mereka setuju untuk mengadopsi anak ini menjadi anak mereka. Sang pembantu setuju dengan syarat uang dan ketika anak tersebut berumur 10 tahun, ia akan mengambil kembali. Singkatnya setelah lewat 10 tahun, anak ini dibawa dengan paksa. Pada waktu dibawa, anak ini dibekali dengan alat-alat sama seperti Timun Mas. Dan dimulailah kekonyolan saat dimana anak itu berlari, dia melemparkan alat-alatnya yang menjadi lumpur, bonteng, dan laut. Perubahan cerita yang logis dan serius menjadi serba sihir membuat cerita ini sangat konyol. Akhirnya cerita tamat sesuai dengan dongeng Timun Mas.

Tiba giliran Dani. Ceritanya cukup sederhana karena Dani mengambil cerita The Beauty and The Beast. Disini Dani mengajak kita untuk menjadi orang ke-3, menjadi tokoh baru dalam cerita tersebut. Dani membuat cerita ini kelam dengan membuat bad ending, sehingga judul ceritanya adalah The Beast and The Beast. Karena pada akhirnya The Beauty yang dijual ke kastil The Beast ikut menjadi The Beast dan memburu ayahnya yang menjualnya.

Akhirnya tiba giliran saya yang mengambil cerita Peter Pan. Akan tetapi saya mengganti Peter Pan ini sebenarnya adalah monster jejadian yang kerjanya memangsa anak kecil, membujuk mereka ke Neverland untuk dimakan dan tidak pernah kembali lagi (sehingga menjadi asal usul Neverland). Tapi sepertinya saya gagal membuat cerita ini kelam karena mereka semua tertawa mendengar saya bercerita. Mungkin yang salah adalah penggunaan bahasa penulisan kali ya?

Terakhir Rizal. Dia cukup pusing untuk dongeng sehingga Rizal memutuskan untuk membuat historical fiction. Perang para sunan dengan syekh menjadi inti ceritanya. Rizal menggambarkan betapa rumitnya keadaan perang waktu kerajaan Demak menyebarkan Islam. Pada akhirnya, cerita ini berakhir sesuai dengan cerita sebenarnya, yaitu kekalahan sang syekh.

Uli, yang datang paling terakhir tidak menulis, karena sudah tidak sempat lagi.

Menurut saya, kelemahan yang tampak adalah pengetahuan kita akan dongeng terlalu sedikit sehingga kurang begitu baik dalam merekayasa dongeng. Dan inilah jurnal dari saya.



K. Ryan Marhalim. Seorang bocah dengan banyak impian. Salah satunya untuk menjadi penulis novel ternama bak Pramoedya Ananta Toer. Kegiatannya selain menggentayangi Reading lights Writers' Circle adalah menghadiri sebuah kelompok okultisme (occultism).