Sabtu, 21 Februari 2009

The History Boys

Sabtu sore ini, agenda writers’ circle adalah menonton film bersama, yang biasanya dilakukan setiap sebulan sekali. Setiap peserta the circle boleh mengusulkan film yang ingin ditonton bersama. Asalkan film tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tidak memuat adegan seksual eksplisit;
2. Ratingnya fresh di Rotten Tomatoes;
3. Durasinya kurang dari dua jam;
4. Bagaimanapun film yang ditonton bersama harus memiliki cara bertutur yang unik. Ini merupakan syarat yang paling penting, sehingga meskipun sebuah film tidak memenuhi ketiga syarat di atas, film itu bisa tetap diputar asalkan memang diyakini unik dan memiliki soundtrack yang bagus.

Pada kesempatan kali ini film yang kami tonton adalah The History Boys. Sebuah film yang diangkat dari pertunjukan teater berjudul sama karya Alan Bennet.


The History Boys berlatarkan Inggris tahun 1983. Cerita ini menyoroti usaha delapan pelajar SMA di Inggris untuk menggapai cita-cita mereka (dan orang-orang di sekeliling mereka) menembus universitas-universitas elit: Oxford dan Cambridge. Mereka lantas berhadapan dengan dua guru yang cara mengajarnya saling bertolak belakang, Irwin yang pragmatis dan Hector yang idealis. Apabila Irwin berpandangan kelulusan merupakan tujuan akhir proses pembelajaran, maka Hector menganggap pendidikan dimaksudkan untuk membentuk manusia-manusia yang berkualitas.

Perbedaan pandangan membuat Irwin dan Hector mengajar dengan caranya sendiri-sendiri. Irwin, guru yang lebih muda, menuntut agar muridnya menulis sejarah dengan lebih menarik. Keberadaan fakta kalah penting dibandingkan human interest karena cenderung membuat bosan para pemeriksa kertas ujian. Dan satu-satunya alasan untuk mempelajari puisi adalah karena bait-bait puisi merupakan pembuka maupun penutup yang sempurna dalam sebuah esei.

Sebaliknya Hector, yang sudah hampir pensiun, mendorong para muridnya untuk betul-betul membaca dan memahami literatur. Ia kerap mengingatkan ending dan mengajarkan makna dari prosa dan puisi-puisi yang dibacakannya. Fakta menjadi sesuatu yang sangat penting. Holocaust bukan merupakan sebuah statistik, melainkan tragedi kemanusiaan.


Bisa dibilang The History Boys mengangkat masalah pergeseran nilai yang terjadi di Inggris. Sekadar informasi, tahun 1983 merupakan masa-masa awal pemerintahan Margaret Thatcher (Thatcher menjadi PM Inggris mulai tahun 1979). Thatcher berasal dari Partai Konservatif yang begitu mempercayai pendidikan sebagai alat untuk menaikkan tingkat sosial. Pada masa ini terjadi pergeseran moralitas pada masyarakat Inggris.


Lafra (kiri) menyukai adegan ketika Hector dan Irwin bertemu di dalam satu kelas. Ia mengagumi bagaimana antara guru dan murid bisa duduk dalam sebuah lingkaran dan masing-masing tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Sementara Manda (kanan) mengakui pada mulanya ia agak bingung lantaran keterlambatannya membuat ia melewatkan bagian awal film.


Myra dan Frisca (berbaju pink dan berambut cokelat) menikmati menonton film ini. Frisca mengiyakan premis film ini, bahwa pengkajian literatur bukan semata-mata dilakukan untuk lulus ujian masuk perguruan tinggi tetapi untuk membuat pembacanya menjadi orang yang lebih baik. Sementara Myra menyukai referensi-referensi Sastra Inggris yang ada di film ini. Aji (yang ketutupan oleh Syahril) menyatakan keinginannya agar film ini dikirim ke Depdiknas. Theo (yang berambut keriting di pojok) bilang adegan favoritnya adalah ketika masa depan para murid-murid unggulan tersebut diungkap, sedangkan Ina (tidak ada di foto) menyetujui sebuah adegan dimana dinyatakan bahwa kepuasan dalam membaca adalah ketika menemukan perasaan yang dikira hanya dirasakan oleh kita tetapi telah diungkapkan dalam tulisan oleh seorang penulis yang bahkan tidak pernah kita temui. Namun tidak semuanya menyukai film ini, Nia (berkaus The Killer) menganggap latar film ini monoton dan Bahasa Inggrisnya sulit dipahami. Musik 80-an seperti The Clash dan The Cure pun terdengar standar di telinga gadis itu.


Kredit film turun diiringi lagu Bewitched yang dinyanyikan oleh Rufus Wainwright. Meskipun merupakan film yang banyak memuat komedi; pernyataan Posner, seorang murid, mengenai kehidupan masa depannya yang tidak bahagia tetapi juga tidak tidak membahagiakan, sukses menghadirkan perasaan murung yang elegan di hati saya.

Setelah selesai The History Boys, kami menonton film pendek karya Ina dan kawan-kawan yang berjudul Leave Me.

Rabu, 18 Februari 2009

Diary Mana Datangnya Cinta

Diary mana datangnya lintah, diary sawah turun ke kali …


… dan di hari Valentine itu, teman-teman Reading Lights Writers' Circle berlatih menulis diary. “Tulis apa aja, nggak akan dibacain, kok,” ujar Andika sang fasilitator. “Ada nggak, trik menulis diary supaya nggak terlalu emosional dan isinya pelajaran berharga ?” tanya Shahril. Sebelum Andika menjawab, Ivan menyela, “Apa itu nggak jadi kerasa kayak nipu diri sendiri ?”

Andika lalu berbicara mengenai menulis diary yang disebut personal writing, “jadi diary itu ditulis untuk diri sendiri,” ujar Andika. “Nggak juga ! Banyak diary yang ditulis untuk dibaca orang. Misalnya diary-nya Sylvia Plath, Fira Basuki …,” Myra menentang dengan berapi-api. “Kalo kata gua, itu tahap selanjutnya, sih, My. Diary sendiri sebetulnya kayak kotretan,” saya sependapat dengan Andika.

Akhirnya, untuk membuat pembicaraan lebih berdasar, teman-teman dipersilakan menulis diary. “Nggak akan dibacain, kok, jadi nggak usah mengedit diri sendiri,” sekali lagi Andika mengingatkan, “paling entar kita share pengalaman nulis diary …”

Setelah sekitar dua jam berlalu, acara menulis diary disudahi. Teman-teman diajak membagi pengalaman masing-masing. “Gua lebih suka mengarang indah daripada nulis diary, Bo,” ujar Thya. Ia cukup terbiasa menulis cerita-cerita cinta, “Tapi mungkin gua belom terlalu jujur sama diri sendiri,” ungkapnya.

Lain lagi dengan Devi. “Gua ngerasa lega. Hari ini banyak banget yang gua alamin, jadi tema hari ini pas banget,” ujarnya yang memang terbiasa menulis diary. Bagi Rudy, menulis diary sepertinya jadi media refleksi. “Hari ini saya kesel karena sesuatu. Abis nulis diary, saya malah jadi nanya ‘ada apa dengan diri saya’ ?”

Sebagai penutup, Andika membacakan sebuah artikel mengenai tips-tips menyimpan diary. Ternyata, menyimpan diary dalam safety box bank menjadi salah satu alternatif. Wow! Diary dipandang sebagai teman yang sedemikian personal dan berharga.

Diary mana datangnya cinta, diary mata turun ke hati


Mata mungkin memandang sesuatu yang dimiliki bersama, tapi hati kemudian menyimpan persepsi personal yang milikmu sendiri …

Sundea

Sundea
adalah penangkap keseharian yang menulis diary sejak usia tujuh tahun hingga saat ini. Menjadi penangkap keseharian di Tobucil (www.tobucil.blogspot.com) dan menceritakan sebgian dari kesehariannya di www.salamatahari.blogspot.com.

Sundea dan boneka tangannya, Onde

Selasa, 17 Februari 2009

Mari Membuat Film

Ketika saya datang pada tanggal 11 Februari 2009, ada suasana lain yang terlihat meriah dan berbeda di Reading Lights. Ternyata hari ini, Reading Lights berulang tahun ke-3. Ruangan-ruangan penuh oleh beragam kegiatan kreatif seperti knitting, origami, membatik, sketching, dan lainnya. Dan kami sendiri, the writers' circle, mengadakan kegiatan menulis skenario film yang belum pernah kami adakan di workshop setiap minggunya. Mengapa skenario film? Ini dilatarbelakangi dengan pesatnya pertumbuhan film di Indonesia terutama film independen.

Saya datang dua jam sebelum acara workshop skenario film dimulai. Ketika saya datang, salah seorang pembicara, Ina, sudah hadir dan sedang mengulik materi di laptop. Biar khatam, mungkin. Karena saya hanya bertindak selaku moderator, tidak ada yang perlu saya persiapkan selain mental. Untuk meregangkan aktivitas mental yang sedikit tegang, saya merajut syal bersama Mbak Danti.

Waktu semakin dekat dan pengunjung mulai berdatangan. Sampainya dimulai acara, kami tidak mengira bahwa pengunjung akan sebanyak itu. Ya tidak banyak-banyak amat sih, tapi kami hanya tidak terbiasa dengan pengunjung workshop yang biasanya kami adakan. Otomatis ruangan atas Reading Lights penuh. AC yang sudah dinyalakan pun tidak mampu mengatasi udara panas yang menyergap.

Suasana sebelum dimulainya workshop

Dua puluh menit dari pukul empat, saya membuka acara. Setelah memperkenalkan diri, saya menjelaskan sedikit mengenai Reading Lights Writers' Circle, memperkenalkan kedua pembicara yaitu Ina Khuzaimah dan Yuliasri Perdani, dan meminta peserta mengenalkan dirinya. Setelah pembukaan, saya menghantarkan waktu dan tempat kepada pembicara.

Ina dan Yuliasri, atau yang biasa dikenal dengan Uli, menjelaskan mengenai hal-hal yang harus ditentukan untuk membuat skenario. Hal-hal tersebut adalah:
a. Tema (horor, komedi, noir)
b. Style
c. Plot
d. Cerita
e. Karakter

Selain itu, mereka menjelaskan mengenai proses kreativitas untuk menulis skenario:
a. Ide
b. Deskripsi
c. Analisis.
Analisis yang dimaksud adalah membunuh ide sampai tidak bisa dibunuh sehingga menghasilkan mengapa suatu ide layak dijadikan suatu cerita atau skenario film.
d. Problem Solving
e. Reborn of Idea.
Uli mencontohkan sebuah cerita tentang seorang anak yang memiliki ibu dengan profesi sebagai pemain film dewasa. Ide ini ia ceritakan kepada seluruh keluarganya agar mendapatkan masukan ide yang lebih baik. Misalnya ketika ia bercerita kepada neneknya, Uli mendapatkan masukan mengenai nasihat-nasihat yang akan dialami si tokoh anak. Ketika bercerita kepada ayahnya, Uli mendapatkan masukan agar tokoh ibu lebih greget.
f. Description
g. Survival

Dalam suatu skenario, terdapat Formula 3 yaitu,

A. Introduksi
Introduksi didapat melalui:
-Memunculkan premis
-Mengejar kemauan atau menyadari kebutuhan. Misalnya seorang perempuan yang suka kepada salah satu laki-laki di sekolahnya sehingga ia mengejar laki-laki itu.
- Perkenalan karakter bisa dilakukan melalui character bibling yaitu penjelasan detail mengenai tokoh, bagaimana sudut pandang pengarang terhadap plot, cerita, dan dialog. Selain character bibling, perkenalan karakter dilakukan melalui cycle of being yaitu mendeskripsikan tokoh lewat masa kecil dan masa remaja. Ide ini diangkat dari konsep psikologi bahwa perkembangan manusia saling terkait satu sama lain. Beberapa aliran psikologi percaya bahwa masa kecil (childhood) mempengaruhi manusia ketika dewasa dan masa remaja dianggap masa paling kritis karena manusia masih bersifat labil.
-Stereotype adalah pandangan suatu kelompok terhadap kelompok lain yang biasanya berupa prasangka. Misalnya stereotype suku batak adalah keras, sunda adalah lembut, jawa adalah pantang menyerah.
-Archetype adalah emosi universal yang bersifat turun temurun. Menurut contoh Uli, dalam setiap masyarakat jenis apapun pasti memiliki tokoh agama. Kalau menurut saya, contoh archetype yang paling besar adalah archetype ibu yang memiliki sifat menyayangi, mengasihi, mengasuh, dan lainnya. Tanpa dipelajari, anak pun sudah tahu mengenai archetype ibu. Itu yang dimaksud turun temurun.

B. Konflik
Faktor terpenting dan harus ada dalam sebuah cerita atau skenario film adalah konflik. Apalah artinya sebuah cerita atau skenario film jika tidak ada konflik? Konflik dalam plot dibagi dua:
a. Plot point 1 dimana usaha yang dilakukan tokoh namun berakhir gagal. Misalnya di film Silent Hill dimana tokoh ibu gagal menyelamatkan anaknya sehingga ia dan anaknya terjebak dalam dimensi lain.
b. Plot point 2 yaitu dimana setelah mengecap kegagalan, tokoh melakukan perenungan baru. Plot point seperti ini sangat khas sekali di film-film superhero Hollywood seperti Batman, Superman, Spiderman, dan lainnya. Misalnya dalam film Spiderman 3, Peter Parker dihadapkan di situasi dimana ia merasa bersalah terhadap diri akibat kematian kakeknya, ketidakpedulian terhadap Mary Jane sehingga direbut kembali oleh sahabatnya, dipenuhi dendam dan merasa tersaing dengan teman di kantor, dan lainnya. Setelah ia berubah menjadi Spiderman dengan kostum berwarna hitam dan sifatnya berubah drastis, ia mengalami perenungan apa yang dilaluinya tidak benar. Dan semenjak itu ia mulai bangkit kembali.
Dalam membuat konflik, terkadang penulis mengalami writer's block. Pembicara mereferensikan tips dari Geogre Polti untuk membuat cerita semakin kreatif dan dramatis.

C. Solusi

Plot point adalah kejadian/emosi yang bergerak maju.

Dalam sebuah cerita atau skenario film pasti memiliki pergerakan cerita. Pergerakan cerita bisa ditimbulkan dari dua hal:
a. Cerita dikendalikan oleh karakter yaitu tokoh mengendalikan cerita. Misalnya film Ocean Eleven dimana semua tokoh berkomplot untuk mencuri uang.
b. Cerita dikendalikan oleh situasi. Misalnya salah satu film di film Paris, I Love You dimana seorang turis yang baru datang ke Paris dan melihat dua orang yang sedang berciuman di stasiun kereta. Adegan pertama adalah turis tersebut sedang membaca buku bahwa peraturan di Paris adalah tidak boleh melihat orang langsung padanya. Namun ia melakukan kesalahan ketika ia memandang mata perempuan yang sedang berciuman. Menyadari hal itu, lelaki marah dan memukuli sang turis. Dalam film ini dilakukan tanpa dialog dari tokoh turis dan ia tidak melakukan apa-apa. Cerita dikendalikan oleh tokoh lainnya sebagai situasi disekelilingnya.

Biasanya cerita dikatakan bagus atau tidak dilihat dari endingnya. Terkadang pembaca sering dikecewakan dengan ending yang buruk atau tidak terselesaikan misalnya ending film The Earth Stood Still-nya Keanu Reeves atau ending-ending yang tidak terselesaikan dalam maksud agar ada film seri selanjutnya seperti Scream atau Saw.

Terdapat dua macam ending:
a. Apakah tokoh berhasil atau gagal dalam misinya. Misalnya dalam film Twister dimana setelah melewati dua kegagalan akhirnya tokoh berhasil menerbangkan sensor elektronik dalam angin topan.
b. Saat tokoh mengalami kejadian-kejadian setelah keberhasilan atau kegagalannya. Misalnya masih dalam film Twister, tokoh telah menggurat sejarah dan kembali lagi bersama dengan mantan suaminya.

Setelah memberikan materi, peserta diinstruksikan untuk membuat karakter dan plot. Setelah menghabiskan waktu 10 menit, peserta disuruh membacakan karyanya agar mendapat feedback dari peserta lainnya apakah karakter yang dibuatnya sudah kuat apa belum. Maksud karakter yang kuat adalah ketika muncul karakter lain, karakter utama tidak tenggelam. Selain itu, karakter yang kuat bisa dilihat ketika tokoh dihadapkan oleh situasi tertentu sehingga pembaca bisa menduga apa yang dilakukannya. Misalnya tokoh dengan karakter yang sombong dan manja. Bisa terbayangkan jika tokoh dengan karakter ini dihadapkan dengan situasi atau karakter lain miskin, kotor, atau kumuh. Tokoh tidak akan bisa tiba-tiba baik. Tentunya ada reaksi menolak dari tokoh utama.

Salah satu peserta yang menjelaskan karakter dari etnis Tionghoa, penjelasannya itu bisa dijadikan tips yang baik untuk menggambarkan suatu karakter. Biasanya karakter yang diusung dari suatu etnis akan lebih mudah untuk menjadi karakter yang kuat.

Pembicara mengemukakan ada beberapa hal yang penting ketika menulis skenario. Dalam skenario harus ada interior (keterangan tempat), keterangan waktu, deskripsi singkat, dialog, dan lainnya. Misalnya seperti ini:

Sore hari di ruang makan.
Budi memakan mie kuah panas

Budi:
(memakan dengan hati-hati)
"Hmmm.. enak!"

Rina:
(tergiur)
"Waaah, aku mau dong!"

Ekspresi perasaan tidak usah dijelaskan secara detail karena akan diatur oleh sutradara. Dan ketika menulis skenario, kita harus memikirkan biaya yang akan dihabiskan. Misalnya ketika menginginkan adegan hujan, biaya akan naik jutaan rupiah demi air. Ini disiasati dengan mengganti latar belakang tempat misalnya jadi di dalam ruangan.

Jika ingin bertanya lebih lanjut, pembaca bisa datang ke Reading Lights setiap hari Sabtu pukul 16.00 untuk bertemu kami (terutama Ina dan Uli yang bisa menjelaskan pengalaman mereka sebagai finalis LA Lights Movie 2007) dan akan dijelaskan lebih lanjut.

Ina dan Uli sedang menjelaskan materi

Selamat menulis dan berkarya!

Photo Session

Jurnal Darurat

Seharusnya yang kebagian menulis jurnal minggu lalu adalah Marti.


Namun, karena berbagai keterbatasan teknis (terutama karena Marti sebagai seorang mahasiswa seni tidak memiliki akses pada jaringan internet, sehingga ia tidak memiliki gambaran tentang jurnal writers' circle) akhirnya tugas menulis jurnal menjadi tertunda-tunda sampai hari Sabtu minggu lalu. Hari itu, di toko buku Reading Lights Marti lantas menemui saya,


bertanya-tanya tentang seperti apa jurnal yang harus ditulisnya, dan memulai penulisannya pada saat itu juga. Sementara Marti menulis jurnal secara manual (dengan menggunakan tangan, bolpen, dan kertas), saya berkeliling-keliling toko menunggu dia selesai. Waktu yang kami miliki tidak banyak karena hari itu Marti memang berencana untuk tidak ikut pertemuan writers' circle. Beberapa saat kemudian, anak itu selesai menulis dan menyerahkan dua lembar kertas kepada saya. Dengan gaya mengemudi a la reli Paris-Dakkar (Kata Dea lho, Mar.), Marti pun meluncur ke Bandung Indah Plaza untuk mengikuti diskusi buku dan film Twilight.


Parahnya, sekarang saya malah menghilangkan satu-satunya kopi orisinal dari jurnal Marti untuk minggu lalu. Alhasil saya harus menulis semua ini sebelum memposting foto-foto yang diberikan oleh Marti:



Ceritanya pada pertemuan itu kami membahas tentang menulis thriller. Yang datang adalah: saya, Dea, Nia, Farida, Ina, Ivan, Omes, Marti, Lafra, Manda, dan Uli. Oh ya, tema minggu itu merupakan usulan Nia, dan materi saya dapatkan dari artikel Writer's Digest.

Sekian saja untuk kali ini. Sekadar informasi, ada dua tulisan lagi yang akan dimuat di blog ini pada minggu ini. Stay sharp!

Kamis, 05 Februari 2009

Laporan Pandangan Mata, Intim Bersama Wahyu

Wahyu

Tema hari ini adalah membuat dialog.

Tugas yang dilakukan ada 3 situasi:
a. Ceritanya kita turun dari angkot yang telah kita tumpangi, kebetulan tidak membawa uang (terserah imajinasi penulis) lalu kita harus memberikan penjelasan kepada sopir angkot tersebut (sopir kejar setoran). Durasi kurang lebih 5 menit. Dialog langsung (tanpa memakai katanya.. ujarnya.. dll )
b. Situasi, bagaimana seorang anak SD yang dalam situasi“berak” di celana.. harus mengakuinya kepada seorang guru yang sedang asik teteleponan. Durasi 5 menit. Dialog langsung.
c. Situasi, seorang suami yang sedang dipijet oleh tukang pijet yang buta, dalam percakapan si tukang pijet yang buta menceritakan bahwa ia telah melihat istri si suami selingkuh. Durasi 5 menit.

Yang hadir hari ini : Andika, Ina, Aji, Uli, Nia, Tia, Neni, Marti, Wahyu.

Marti, Aji, Wahyu, Uli, Ina, Maknyes, Andika, Neni, Nia

Baiklah ... selanjutnya inilah beberapa dari hasil proses berlatih,

1. Nia
Pada tugas pertama, Nia menggunakan gaya bahasa betawi.. pada tugas kedua Nia dengan tokohnya dea dan gambar banana.. hihihi. Pada tugas ketiga menceritakan perselingkuhan lewat mata si asisten dan terlihat dari otot paha istri si suami yang lebih kuat ketika di pijet!!! Aduh… hihihi.

2. Tia
Pada tugas pertama si penumpang yang kebetulan cakep boleh gratis… asalkan sang supir dikasi nomer handphone dan facebooknya.. ck ck ck, mantaf! Saya baru sekarang ini ketemu dengan Tia, saya suka suaranya ( punya kemampuan menghipnotis ). Oiya ditugas ketiga si tukang pijet mendapatkan info bahwa si suami tidak hebat diranjang dari gosip2.. hehe.

3. Andika
Saya suka heran dengan semangat Bung Andika ini… pengetahuan tentang dunia tulis menulisnya juga aduh.. seringnya saya ngga tau apa dan siapa yang diomongin.. bener2 jadi tambahan buat saya dan yang lainnya.. tetap semangat!!

4. Uli
Pada tugas yang pertama, ada seorang mahasiswa yang turun didepan kampus dipati ukur, dalam dialog terlihat bahwa hanya dia sendiri yang menjadi penumpang di angkot tersebut.. karena tidak membawa uang , mahasiswa tersebut menyogok dengan kue nagasari.. ( uda deh saya lgs ketawa!! Dan lupa cerita sel anjutnya ) parah lu li!!hehe. Saya suka di tugas ketiganya, dimana akhirnya tersingkap bahwa istrinya selingkuh dengan guru SD ( perempuan ) ck ck ck.. saya jd inget pilm blue keluaran naughty America!!

5. Ina
Hai ina.., hehe. Dalam tugas pertama ina, dialog antara supir angkot dan penumpang berakhir dengan si penumpang hendak membayarnya esok hari, dengan alasan dia selalu naek angkot yang sama bila bepergian ( rutin ), kok bisa ya…. Hehe, curiga pengalaman sendiri nih.. hahaha!! Aduh ina..

6. Neni
Yang berkesan dalam tugas ketiganya neni, dimana si suami mengalami keseleo kakinya.. lalu si tukang pijet menyaksikan istri si suami selingkuh… si suami pun bertanya dengan siapa? Dan dijawabnya dengan saya.. (nah loh!!)namun kejadian tersebut terjadi hanya dalam mimpi si tukang pijet…

7. Aji
Ternyata aji ini suka akan kucing, jd kalo ada yg bingung ngasi kado apa buat ultahnya.. kasi aja kucing terutama yang gendut dan berbulu lembut!! Dalam tugas yang pertama aji menggambarkan situasi si penumpang tidak memiliki uang untuk bayar angkot, tapi untung saja ada penumpang lain yang mau bayarin ( baek sekali penumpang ini.. ) tapi dengan tambahan tampang aja keren!! Untuk bayar angkot ngga bisa… hihihi

8. Marti
Kebetulan marti datang paling akhir.. tetapi dia ikut begabung juga..btw salam kenal yak.. Pada tugas ketiganya marti menggambarkan si tukang pijet selingkuh dengan istrinya… si suami hendak bergerak namun sayang si suami telah ditotok oleh si tukang pijet… ahahhaha!! Dan dia baru akan pulih setelah 15 menit.. jadi si tukang pijet dapat melarikan diri dulu… keren nih jurus totok!! berguna disaat2 genting.

Maafkan jika ada salah2.. jika ada tersinggung… tidak ada maksud sama sekali…
Maafkan juga karena di tugas kedua saya tidak terlalu banyak mencatat apa yg diceritakan oleh temen2.. abis ngomongin “eek” sih.. jd sering ketawa mulu.. lgs hilang konsentrasi!!
Kesimpulan dari tema hari ini adalah kenali karakter dengan observasi (usia, jenis kelamin, jenjang pendidikan, suku bangsa, dll) kenali situasi ( cuaca, suasana hati, tempat, konflik antar karakter, dll )

“Setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing2… seperti setiap manusia memiliki eeknya masing2..”

Reinardus Wahyu Kristianto

So you want to be a scriptwriter?

Workshop Penulisan Skenario Film

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Februari 2009

Waktu : 16.00-18.00

Tempat : Reading Lights Bookshop and Coffee Corner, Jalan Siliwangi No. 16, Bandung (Sebelah Gandok)

Pembicara : Ina Khuzaimah (Production Manager film indie Naughty Matahari, Leave Me, A-Gama; Finalis LA Lights Indie Movie 2007; Copywriter Sembilan Matahari) dan Yuliasri Perdani (Scriptwriter Naughty Matahari, Veronica Tebs Movie Competition Winner, Finalis LA Lights Indie Movie 2007, Mentor Ekskul Film SMA Tarbak)

Moderator : Nia Janiar

Gratis!